Issue tentang vaksin palsu, kencang banget
akhir-akhir ini. Saya yang sedang punya bayi dan lagi rajin-rajinnya imunisasi bayi saya, ikut deg-deg an dong pastinya, bismillah aja deh.
Sampai saat ini, Reika sudah melalui vaksin di 3
tempat, yaitu:
1. Puskesmas
Rawabuntu
Saat itu
sedang Pekan Imunisasi Nasional, dan Reika ikut vaksin polio di Puskesmas
2. Vaxi
Saat jadwalnya tiba, vaksin DPT dengan merk Pediacel sedang susah dicari. Berburu ke beberapa rumah
sakit pun hasilnya nihil. Sampai akhirnya saya bertemu dengan Vaxi. Cerita nya
sudah saya sharing di sini
3. RS
St. Carolus Gading Serpong
Jenis dan
jadwal vaksin sesuai arahan Jadwal Vaksin IDAI. Hanya vaksin Pediacel yang tidak
dilakukan melalui Rumah Sakit ini
Dan Alhamdulillah,
ketiga tempat tersebut tidak ada di list yang sudah dipublish pemerintah
sebagai Rumah Sakit atau lembaga vaksin yang telah menjual vaksin palsu.
Awal Juli kemarin,
adalah jadwal vaksin Pediacel yang ke-2, dan tetap saya lakukan melalui Vaxi karena ketersediaan Pediacel di Rumah Sakit masih belum pasti. Kalau sebelumnya dilakukan di kantor karena
Tangsel tidak masuk di area jangkauan mereka, kali ini mereka menginformasikan
bahwa mereka bisa melakukan vaksinasi di rumah kami, asiikk..
Reika melalui vaksin
dengan cukup ceria, di bawah ini perubahan ekspresinya ;-)
Sadar kamera, sambil menunggu mbak dokter siap-siap, kita foto dulu..
Menanti dengan penuh senyuman..
Seolah berkata dalam hati "mmmm, aku mau diapain nih?"
Suntik mulai dilakukan, wajah mulai kelihatan tidak nyaman..
Puncak ketidaknyamanan, nahan sakit sambil mengerang, hehe..
Dihibur dan disayang-sayang, ceria kembali deh, tidak sampai nangis..
Kata mbak dokternya, "wah, ga keluar darah di bekas suntikan nih, lemaknya tebal", dan kamipun ngakak bersama, hahaha..
Setelah vaksin
selesai, sambil menunggu apakah ada reaksi alergi dr vaksin, maka saya berdiskusi
dengan dokter mengenai issue vaksin palsu.
Ada beberapa
pengetahuan baru yang saya dapatkan dari sesi diskusi tentang vaksin tersebut:
- Bahwa mungkin saja ada perubahan kemasan untuk merk vaksin yang sama. Bukan berarti jika kemasan dulu berbeda dengan kemasan yang sekarang, berarti palsu. Sehingga orang tua tidak perlu panik dulu, kita tunggu saja pengumuman dari pemerintah
- Bahwa istilah imunisasi wajib dan wajib itu tidak ada, semua imunisasi harusnya wajib. Istilah yang benar adalah imunisasi dasar. Imunisasi dasar inilah yang disubsidi oleh pemerintah dan bisa didapatkan di puskesmas
- Karena tidak semua vaksin disubsidi oleh pemerintah, dan kemudian disalurkan melalui Puskesmas, maka untuk melengkapi vaksin yang diterima oleh anak kita, harus melalui Rumah Sakit atau lembaga vaksinasi yang tidak disubsidi oleh pemerintah. Contoh vaksin yang tidak disediakan di Puskesmas adalah Rotavirus
- Di Rumah Sakit atau lembaga vaksin, 1 ampul vaksin hanya digunakan oleh 1 anak, karena penggunaannya jarang. Sisa vaksin akan dibuang. Sedangkan jika di Puskesmas, 1 ampul dapat digunakan oleh beberapa orang anak, karena permintaannya lebih banyak. Hal ini saya alami sendiri saat Reika mendapatkan imunisasi polio di Puskesmas
- Vaksin DPT, dengan merk Pentabio (yang disediakan di Puskesmas) dan Pediacel (yang bisa didapatkan di Rumah Sakit atau lembaga vaksin), perbedaannya terletak pada kandungan vaksin di dalamnya. Pentabio berisi 3 jenis vaksin, bakteri yang dimasukkan dalam vaksin adalah bakteri utuh, bisa menimbulkan efek demam. Sedangkan untuk Pediacel, berisi 5 jenis vaksin, bakteri yang dimasukkan dalam vaksin adalah sebagian dari bakteri, bukan bakteri utuh, dan tidak menimbulkan demam. Efek antibodi yang ditimbulkan dengan menggunakan bakteri utuh dan bakteri sebagian sebenarnya sama, tetapi penggunaan bakteri secara utuh memang dapat menimbulkan demam
- Untuk vaksin BCG, sebaiknya dilakukan di lengan bukan di paha. Hal ini untuk mempermudah pengecekan jika ada efek dari vaksinasi, dan juga lebih mudah diperlihatkan jika ada screening untuk melihat bekas vaksin BCG. Saat vaksin Reika, saya kurang baca sih, jadinya saya pilih di paha, hanya untuk alasan estetika, hadeeehh..
- Kalau ada yang bilang, bahwa kalau anak demam berarti vaksinnya bereaksi dan kalau anak tidak demam berarti vaksin tidak bereaksi, itu hanya mitos
Selama kita masih bisa memberikan yang terbaik
untuk anak kita, kenapa tidak? ;-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar