Bertemu dengan teman lama, selalu
menyenangkan. Apalagi kalau ketemunya bukan ketika kita sedang pulang ke
kampung halaman, tetapi di tempat asing ketika kita bepergian jauh.
Setiap kali saya traveling ke Bandung, saya
rutin bertemu dengan teman narsis masa SMA yang sekarang jadi juragan gincu,
Mita. Bertemu di Restoran, pernah. Berkunjung ke rumahnya, pernah. Bahkan ke
rumah sakit, juga pernah, karena kebetulan jadwal traveling saya paaasss banget
dengan momen kelahiran anak keduanya. Tapi Senin kemarin ketika saya ke Bandung
bersama keluarga, kami tidak bertemu, karena saya di Bandung hanya semalam dan Mita
sedang sibuk bekerja, haha.. ;-)
Foto bersama Mita yg sedang hamil..
Foto bersama dengan Mita dan mama Mita
saat Mita lahiran anak kedua
Saat traveling ke Jogja di akhir 2011, kami juga berkunjung,
tapi kali ini ke rumah saudara, bukan teman. Mas Alit, mbak Retno dan Agni.
Mbak Retno adalah sepupu Bapak saya dan sudah lama menetap di Jogja. Meskipun
hanya sebentar dan tidak sempat menginap di rumah beliau, yang penting, silaturahmi
laaahh.. Dan kami dikenalkan dengan gudeg yang rasanya tidak terlalu manis,
tapi sayang, saya lupa apa nama tempatnya.
Bersama keluarga sepupu Bapak
Oktober 2011, kami sedang traveling ke
Malaysia. Setelah cukup jalan-jalan dan mendekati jadwal flight kepulangan ke
Indonesia, kami kembali ke hotel dulu untuk mengambil koper yang sebelumnya
kami titipkan.
Eh ternyata ada wajah yang kami kenal.
Ternyata mas suami bertemu dengan teman seangkatannya saat kuliah. Namanya Warih,
saat itu bekerja di perusahaan pertambangan, dan pekerjaannya mengharuskan
untuk berpindah-pindah tempat tinggal. Dan saat itu kebetulan mas Warih tinggal
di hotel yang sama dengan kami. Dia sudah di sana lebih dari 1 bulan, dan masih
akan berlanjut untuk bulan-bulan berikutnya, entah sampai kapan.
Mas suami bersama Warih
Harusnya nih, harusnya, di Oktober 2013, saat
kami traveling ke Hongkong, kami bertemu dengan Raissa teman sekantor saya yang
saat itu mengikuti program kerja Jardin 1 tahun di sana. Sebelum berangkat,
sudah dipastikan meeting point nya. Tetapi memang untuk jam nya, belum
dipastikan karena saya traveling hanya berdua dengan mas suami sehingga kami
khawatir tidak dapat memenuhi jadwal karena perjalanan molor atau karena nyasar
atau kemungkinan penyebab telat lainnya.
Di hari H pertemuan, saya dan mas suami yang
selalu komit tidak pasang paket internet selama di negeri orang, benar-benar
jadi fakir sinyal. Wifi yang biasanya gampang ditemukan, terutama di tempat
yang umum seperti Starbucks pun, ternyata tidak berhasil tersambung. Mau sms,
eh pulsa sudah habis karena terpotong roaming akibat sms keluarga yang dikirimkan
kepada kami. Alhasil, saya tidak bisa kasih kabar ke Raissa.
Akhirnya, saya berangkat saja ke tempat
kesepakatan kami, C’est La B, restoran bertema Butterfly di area Tsim Sha Tsui .
Dan benar, kami sampai di sana agak malam dan saat cuaca sedang tidak
bersahabat. Karena di restoran tersebut ada wifi dan berhasil tersambung, baru deh
saya bisa kasih kabar ke Raissa dan kami ngobrol saja via chat. Kami makan
bareng, saya di restoran tersebut dan Raissa di apartement nya sedang makan mie,
haha..
Kebetulan baju matching dengan lantai, haha..
C'est La B, restoran tema kupu-kupu, lucuuu..
Saya dan mas suami pergi ke Korea Selatan di April
2014. Kepergiannya cukup mendadak. Tujuan perjalanan saat itu untuk menghibur
hati saya setelah keguguran atas kehamilan saya yang pertama (alesan, haha).
Waktu itu saya langsung terpikir, ketemu siapa
ya di Korea Selatan. Ingatan langsung tertuju ke Martin. Martin adalah teman
sekantor yang akhirnya resign untuk meneruskan studi S3 nya di Korea Selatan,
mau jadi professor di dunia per-batery-an katanya.
Sebelum berangkat, saya kontak Martin dan
sharing itinerary saya. Saya sih ngikut aja dia mau ketemu saya saat di mana, lokasi
dan waktu yang paling mudah buat dia. Saya juga tanya, apa yang mau dia titip
dari Indonesia. Selain Indomie Goreng, ternyata sambil malu-malu, dia titip
Salep 88, haha.. Adaptasi terhadap iklim Korea Selatan rupanya belum maksimal,
apalagi saat itu masih sisa-sisa winter. Martin, maaf rahasiamu bocor ya,
haha..
Selfie bersama Martin di Myeong-dong
Kami sepakat untuk bertemu di Myeong-dong.
Waktu tersebut adalah saatnya peserta tour berbelanja. Karena tujuan traveling saya
dan mas suami bukan berbelanja, maka saya hayuk saja ketika diajak bertemu pada
momen tersebut. Kami ditraktir makan Ayam Goreng khas Korea Selatan, ada yang
bumbu bawang putih dan bumbu pedas. Ini adalah awal mas suami suka dengan Ayam
Goreng Korea Selatan. Kalau lagi kangen, kami biasanya makan ayam ini di
Bonchon atau Kyochon.
Martin bersama Sprite versi Korsel, haha..
Selain itu kami ngobrol mengenai kehidupan
orang Korea Selatan, terutama tentang operasi plastik dan fashion. Dan kami
liat, sedikit banyak Martin sudah terpengaruh oleh fashion Korea Selatan, lebih
keren dan gantengan gitu, haha.. Akhirnya pertemuan harus segera diakhiri,
karena jadwal kami untuk menonton Nanta Show sudah semakin dekat.
Foto bersama Martin
Sejak lama, saya seringkali bercanda, bahwa
saya akan mengunjungi teman masa SMA di Belanda. Teman saya ini bernama Nizar, sejak
lulus SMA, dia melanjutkan studi S1 dan S2 nya di Belanda, sampai akhirnya
melanjutkan untuk bekerja juga di sana. Mimpi kali yeeee… Tapi siapa tahu, awalnya
hanya becandaan akhirnya menjadi kenyataan.
Di Maret 2015, saya dan mas suami melakukan Euro
Trip, salah satu tujuannya adalah Belanda. 1 hari sebelum jadwal kepulangan,
kami punya waktu bebas sejak jam 7 malam. Akhirnya kami pergi ke apartemen
Nizar dengan naik trem. Untuk ukuran seorang bujangan, apartemennya rapi jali.
Kulkasnya penuh dengan bahan makanan, dan rapi juga. Nizar seringkali
menyewakan salah satu kamar di apartemennya sebagai tempat menginap backpacker
dari seluruh dunia.
Foto di apartemen Nizar
Setelah minum teh dan chit-chat sebentar di
apartemen Nizar, kami diajak untuk berkeliling Amsterdam dengan jalan kaki,
terutama ke daerah menarik yang tidak ada di itinerary tour. Tujuan utama adalah Red Light dan Coffe Shop,
tempat semacam itu, sama sekali belum pernah kami kunjungi selama di Indonesia.
Pernah sih, saya iseng lewat Taman Lawang, cuman setelah dibandingkan dengan
Red Light, kok jauh beda ya, hahaha..
Red Light adalah lokalisasi prostitusi legal
di Amsterdam, sedangkan Coffe Shop adalah café yang legal sebagai tempat untuk
merokok ganja. Selain itu, Nizar mengajak kami mengunjungi landmark lain dengan
berjalan kaki.
Yaaaa, jalan kakiiii..!!
Saya sempat bilang ke Nizar “Zar, udah dong
Zar, capek nih, dingin”, waktu itu sudah hampir jam setengah 11 malam. Dan
kemudian Nizar menjawab “Manja, ayo lanjut, mumpung di sini, kapan lagi”,
hahaha.. Akhirnya jalan-jalan yang benar-benar
menggunakan kaki selesai setelah 2 jam perjalanan. Kami kembali ke hotel pukul
11 malam lebih, diantar oleh Nizar naik bis, karena dia khawatir kami akan
tersasar.
Besoknya saat kami akan berangkat ke airport
Schiphol, Nizar datang ke hotel. Kita ngobrol lagi sebentar, wefie di depan
hotel, sampai akhirnya benar-benar berpamitan.
Foto perpisahan di depan hotel
Teman, terutama teman yang baik, adalah
nutrisi jiwa bagi saya..
Teman yang baik adalah teman yang dapat saling
mempengaruhi untuk berfikir dan bertindak positif..
Paling asik adalah ketika kita ngobrol,
mengenang cerita lama, bercanda, tertawa..
Dan di agama sayapun telah dijelaskan bahwa
orang yang rajin silaturahmi banyak manfaatnya, yaitu:
- Diluaskan
rezekinya
- Dikenang
kebaikannya
- Dipanjangkan
umurnya
- Khusnul
khatimah
- Kecintaan
dalam keluarga
- Kunci
masuk surga
Jadi, mari kita rajin bersilaturahmi..!!