Rabu, 30 September 2015

Gerak tubuh..

Saat masih di Sekolah Dasar, saya ikut ekstra kulikuler tari. Jenis tarinya adalah tari tradisional. Saya hanya ingat nama beberapa tariannya, seperti misalnya Tari Kijang, Yapong, Lenggot Bowo dan Bhayangkari. Saya juga sempat belajar tari Bali ke salah satu mbak Kos di kosan tante saya. Dulu sih saat SD, luwes banget ya, saat nari. Tapi yang namanya ketrampilan, memang harus selalu dilatih dan diasah supaya tidak hilang begitu saja.
Tari Lenggot Bowo
Tari Bhayangkari
Lupa namanya tari apa, hehe..
Saya yang mana hayooo.. ;-)

Masuk SMP, kemampuan tari tradisional sudah mulai hilang, berganti dengan tari modern, itupun karena ada tugas kelompok. Begitu pula saat SMA, hanya menari, modern, karena tugas kelompok, bukan karena keinginan sendiri lagi.

Saat kuliah, saya aktif di beberapa band, salah satunya adalah Simple Funk. Aliran band nya TOP 40, ada Jazz nya juga, kadang R&B, sampai dangdut, tergantung kebutuhan pelanggan, haha.. Vocalist ada 4 orang. Untuk beberapa lagu yang up bit, kami membuat koreografi sederhana. Benar-benar sederhana, tapi cukup lah, supaya kelihatan badannya goyang dan sok asik gitu.. ;-)
Foto Keluarga Simple Funk
Saat kami manggung..

Belakangan, saya ngedance hanya jika sedang ingin olahraga. Olahraga yang paling saya suka adalah aerobic, karena seluruh badan bergerak dan aktivitasnya tidak membosankan. Ritme apa pun, saya suka. Saya punya beberapa dvd tutorial, supaya kalau lagi malas keluar rumah, saya tetap bisa berolahraga. Yang paling sering saya gunakan adalah dvd dengan irama hip hop, karena kalau ngedance hip hop, saya jadi ngerasa cool gitu, hehe..

Perlengkapan nge-dance di rumah, hehe..

Tahun ini, dalam rangka ulang tahun kantor saya yang ke-59, maka diadakan Dance Competiition. Saya yang lokasi kerjanya di Cabang Tendean, akan bertanding dengan cabang lainnya yang tersebar di penjuru Indonesia. Teman-teman di Kantor Pusat tidak menjadi saingan kami. Tema besar acara adalah Pop Art dengan tag line Ready, Set, Glow! Dan yang menjadi tema Dance Competitionnya adalah Fun.

Awalnya saya ragu untuk ikut serta menjadi salah satu anggota team dance, karena saat itu kehamilan saya masih di trimester pertama. Hanya saja, saya juga tidak tega melihat teman-teman saya kebingungan mencari koreografi. Akhirnya bermodalkan bismillah dan ijin dari suami (dengan wanti-wanti yang banyak banget), akhirnya saya bergabung.

Tendean 26

Nama team nya adalah Tendean 26. Selain itu adalah alamat cabang kami, arti 26 adalah gap usia antar anggota team. Karena yang paling muda berusia 23 tahun dan yang paling senior 49 tahun, hehe.. Sebelum gerakan dicari, kostum sudah ditentukan terlebih dahulu. Kami akan menggunakan baju warna-warni koleksi pribadi dan wig warna-warni properti kantor.

Kami mulai cari lagu yang akan digunakan, kami mengambil 3 lagu dari list yang telah disediakan oleh panitia. Setelah lagu dipilih, diedit dan digabung dengan durasi maksimal 4 menit, maka saya mulai mencari gerakan yang sesuai dengan tema dan ritme lagu. Setelah itu, kami latihan 2x di hari yang berbeda, masing-masing 2 jam. Ya karena bukan dancer professional, sampai saat video dibuat pun, masiiiihhh ada yang masih belum hafal, hehe.. Sebagai pelengkap, maka saya buat video sebagai background dan juga printing emoticon bertema Pop Art yang akan digunakan sebagai aksesoris pada gerakan penutup tarian, supaya klimaks gitu, hehe..

Proses latihan sampai dengan syuting video dance tidak selancar yang kami inginkan, karena tiba-tiba ada anggota team yang ingin membatalkan keikutsertaan kami. Saya yang sudah terlanjur niat banget (hamil tapi tetap dibelain ikutan), tetap bersikeras untuk melanjutkan proses. Selain itu, saat hari-H syuting video dance, eh kamera saya yang akan digunakan untuk merekam, tertinggal di mobil mas suami. Akhirnya saya cari solusi, ok, pinjam kamera surveyor sebentar, hehe..

Setelah syuting dan foto masing-masing personil selesai dilakukan, maka saya mulai edit videonya. Di video terakhir yang direkam, ternyata ada salah satu anggota yang lupa menggunakan wig. Hanya saja memang saat itu sudah syuting untuk yang ke-5 kalinya, sudah kecapekan dan tidak ada tenaga untuk mengulang syuting lagi. Akhirnya, atas usul teman-teman, saya bubuhkan tanda tanya, setiap “anggota tanpa wig” tersebut muncul. A blessing in disguise, kelupaan menggunakan wig ini malah menambah unsur komedi dan fun pada video kami.

Setelah video selesai, maka siap dikirimkan ke panitia. Saya pribadi sebenarnya yakin kalau team kami pasti menang, haha.. Saya emang orangnya suka sok yakin sih, hehe..

Video bisa dilihat di bawah ini, semoga bisa menghibur..
Karena video menggunakan lagu yang terkenal, maka di beberapa mobile device, video tidak bisa dibuka. Saya sudah setting ulang sih, semoga kali ini bisaaaa.. :-)



Dan benar, dari 16 cabang yang mengirimkan video, kami menjadi juara 2.

Kaget?
Nggak sih, kan dr awal sudah yakin menang, hehe..
Senang?
Pasti, karena akhirnya kerja keras dan drama yang dilalui, membuahkan hasil.
Kenyang?
Sekarang sih belum, tapi nanti kalau hadiah uang cash sudah ditransfer oleh panitia, dijamin kenyang, karena kami sudah berencana menggunakan hadiah 2 juta untuk makan-makan secabang, haha..

Dan bagaimana dengan kandungan saya?
Alhamdulillah aman. Semoga nanti anak kami juga selalu aktif dan berpikiran positif, seperti yang ibunya lakukan ketika hamil, aamiin..

Senin, 28 September 2015

Suka Bicara..

Ibu saya bilang, sejak kecil saya suka bicara. Begini kata ibu saya,
pokok e Sisil iku, lek diseneni sakkecap, pasti njawab e pirang-pirang kecap. Koyok e ancen cocok dadi pengacara

Artinya..
“Sisil itu, kalau dinasehatin sedikit, pasti njawabnya banyak banget. Sepertinya nanti kalo besar, cocok jadi pengacara”

Dan, ternyata sekarang profesi saya bukan pengacara, bahkan profesi saya jauh dengan bidang yang saya pilih saat kuliah, hehe.. Tapi intinya adalah, mungkin benar bahwa bicara adalah salah satu passion saya, terutama bicara di panggung.

Saya ingat pertama kali saya bicara di panggung adalah ketika perpisahan Sekolah Dasar. Saat itu saya diminta menjadi wakil siswa untuk memberikan pidato mewakili siswa yang lulus. Sebenarnya NEM saya hanya tertinggi ke-2. Tapi mungkin para guru jeli melihat kepercayaan diri saya untuk bicara di atas panggung, sehingga saya lah yang dipilih.

Kalau pengalaman menjadi MC yang pertama kali adalah saat kuliah. SMP dan SMA rasanya tidak pernah, karena saya biasanya manggung sebagai pengisi acara sehingga tidak dobel sebagai MC juga. Pengalaman pertama nge-MC adalah untuk acara Festival Musik. Saat itu yang mengadakan adalah Himpunan Mahasiswa jurusan saya, Teknik Sipil. Pengalaman pertama sih asik, saya paling suka ketika games, dimana kita bisa ngerjain orang lain yang tertarik mendapatkan hadiah, hehe.. Dari situ, saya pernah menjadi MC yang dibayar juga, bersama Rifai (sekarang reporter Metro TV), kami membawakan acara tahun baru di salah satu hotel di Batu.

Pengalaman sebagai MC berlanjut ketika saya mulai bekerja. Setiap kali ada acara kantor, saya diminta bantuan sebagai MC. Saya yang memang senang dengan dunia panggung, selalu bilang “Aku sih Yes”, hehe.. Saya merasa, dengan tetap aktif di dunia panggung saat aktif bekerja, saya tetap bisa “waras”, haha..

Di tahun 2013, kantor saya mengadakan kompetisi hias cabang yang temanya diambil dari film, film apa saja, bisa film Indonesia ataupun film luar negeri. Saya yang baru 1 bulan pindah ke Cabang Tendean, sangat bersemangat untuk ikut serta.

Film yang kami ambil adalah dari film Indonesia, berjudul 5cm. Tetapi cerita disesuaikan dengan tema yang ditentukan oleh panitia. Peran saya saat itu adalah sebagai penyusun skenario, sutradara dan presenter (baca:gadungan). Sekali lagi, passion bicara saya tersalurkan juga, hehe..

Dan tidak disangka, ternyata kami bisa meraih juara 2 untuk kategori cabang.
1 juta di tangan, dan kamipun makan-makan.. ;-)

Video bisa dilihat di bawah ini ya..


Moral of the story, kalau punya anak yang cerewet minta ampun, jangan bete teman, tetapi lebih baik disalurkan ke kegiatan yang positif. Saat kecil, karena saking suka ngomong, saya sering merekam suara saya di kaset, pura-puranya jadi penyiar radio. Atau sering pura-pura jadi MC sambil ngaca. Ya memang, saat besar belum tentu beneran jadi penyiar radio atau MC kondang, tapi paling tidak, dengan dukungan orang tua, kepercayaan diri anak akan semakin meningkat..

Di bawah ini beberapa foto saya saat nge-MC di kantor, mulai acara formal sampai gila-gilaan, mulai pasang tampang serius sampai dengan cekaka’an..


MC Syariah. Assalamualaikum..

Jadi MC dengan audience bule, keringetan, haha..
(bersama Iwan Yenanto)

Baru sadar ternyata pernah kurus ;-)
(bersama Dira Mahendra)

MC cowo pakai baju mas suami, berasa kondangan, hehe..
(bersama Reiza Kusuma)

Ngerjain para Section Head cabang, haha..
(bersama Iwan Yenanto)

Ngerjain para Sales Officer daaaaann Regional Manager, hehe..
(bersama Rudiansyah)

Tema Cowboy, joged Gangnam Style sampai encookk..
(bersama Rudiansyah)

Kostum nasional, acara di Bali..
Ngerjain salah satu managemen Rumah Sakit.

Jadi suster ngesot..
(bersama Reni Septarina)

Cicik Ling Ling..

Hiasan kepalanya berat, nikahan kalah deh, hehe..

Tema Star Wars bersama mas Yenan..

Bersama mas Yenan lagi, pasangan nge-MC yang paling sering..

Seringkali MC juga ga tahan untuk ketawa kalau ada kejadian lucu di panggung..

Kalau duet MC, biasanya kami akan buat skenario untuk masuk keluar panggung..

Termasuk skenario dancing nya..

Dan juga skenario untuk interactive dengan audience..

Intinya, MC yang baik itu, selain komunikatif juga harus bisa nari, nyanyi, ngelawak.
One stop entertainment, haha..

Jadi, ada yg mau order saya untuk jadi MC? Silahkaaannnn.. ;-)

Jumat, 25 September 2015

Kuliner Banjar, Kalimantan Selatan

Saya orangnya suka makan, dan suka mencoba tempat makan baru. Waktu kuliah dulu, lebih parah, kalau ambil makanan prasmanan (di kondangan atau ulang tahun), bisa buanyak banget, dan habis. Cuman memang, jaman dulu masih sulit kalau mau mencoba makanan baru, belum ada duit, hehe.. Kalau warung pinggiran sih masih cukup mampu lah, tapi kalau restoran, nanti duluuuu.. Palingan nunggu gajian dari hasil ngeband.. ;-)

Sekarang, porsi makan saya tidak sebanyak dulu, karena kok rasanya pencernaan semakin melambat metabolismenya, minum air putih saja eh badan bisa jadi gemuk, hehe.. Dan rasanya susaaahhh banget turun berat badan. Tapi kalau hobi mencoba makanan baru sih masih bertahan, dan untungnya mas suami menyukai hal yang sama.

Teman yang sudah bergaul lama dengan saya, pasti sudah tahu kalau saya seringkali upload foto makanan di facebook. Sampai saat ini sudah 8 album yang isinya 200an foto, dan album ke-9 masih on progress menuju 200 foto. Hanya saja, memang saya tidak pernah review detail masing-masing makanannya, biasanya hanya saya beri caption nama makanan dan di mana makanan tersebut bisa dibeli, itu pun kalo saya masih ingat apa nama makanannya, hehe..

Mumpung saya sudah punya blog nih, maka saya akan mulai review mengenai makanan yang sudah pernah saya coba. Tapi review ini murni berdasarkan penilaian lidah saya, karena saya yakin, enak menurut saya belum tentu enak bagi orang lain, begitu pula sebaliknya, namanya juga selera ya..
Ya sama lah kalau melihat cowo ganteng, menurut saya mas suami ganteng, belum tentu jelek menurut orang lain, haha..

Dan review saya, akan diawali dengan review makanan khas Kalimantan Selatan, kampung mas suami. Setiap tahun, kami mudik, dan kebiasaan ini sudah berjalan selama hampir 8 tahun pernikahan kami. Ada makanan yang saya suka, tapi ada juga yang tidak..


Arahan untuk melihat gambar adalah dari barisan atas, kiri ke kanan. Kemudian barisan tengah, kiri ke kanan. Dan kemudian, barisan bawah dari kiri ke kanan.

1.    Ikan Patin bakar + Mandai + Cacapan + Sambal
Di Kalsel, banyak makanan yang berbahan ikan. Mayoritas ikannya adalah ikan sungai, secara sungai di sana memang lebar-lebar. Salah satunya adalah Ikan Patin. Saya suka Ikan Patin karena tekstur dagingnya yang lembut. Di beberapa bagian, ada lemak yang cukup tebal, saya kurang suka. Ikan Patin juga jarang durinya, jadi tidak perlu makan sambil kerepotan mencari duri. Ikan Patin biasanya dibakar, goreng atau pais (pepes). Saya paling suka yang dibakar. Dimakan dengan Cacapan (lalapan atau sayur rebus), dan Sambal yang super pedas. Di beberapa rumah makan, sebagai side dish ditambahkan Mandai. Mandai adalah bagian dalam kulit cempedak yang dibumbui dan digoreng. Enak, teksturnya mirip ayam suwir. Tempat makan Ikan Patin Bakar yang saya suka adalah warung Ibas di Pasar Martapura, warung pak Joe dan Rumah Makan Berkat

Patin Bakar di Warung Ibas
Sambal di Warung Pak Joe

2.    Hundang Sungai goreng
Bahasa Banjar udang adalah Hundang. Kalau sedang musim, ukuran Udang Sungai bisa besar sekali. Tapi kalau sedang tidak musim, Udang Sungai berukuran besar sulit dicari, biasanya mertua pakai acara rebutan dulu dengan pembeli lain di pasar, hehe..
Kalau di rumah makan, Udang Sungai biasanya dihidangkan dengan cara digoreng. Tapi kalau di rumah, mertua biasanya memasak Udang Sungai dengan digoreng atau masak kuah santan. Udang Sungai kuah santan lebih enak karena kaki udang bisa dimakan dengan mudah, dan bumbu meresap sampai ke dalam kepala udang. Jadi enak banget saat disesep-sesep..
Sluuurrrppp, nulis sambil ngiler nih, hehe..

Hundang Sungai Santan buatan mama mertua

3.    Nasi Kuning + Hintalu + Iwak Haruan
Nasi Kuning Banjar teksturnya agak berbeda dengan Nasi Kuning di Jawa, karena jenis berasnya juga berbeda. Beras Banjar lebih pera atau ngepyur, terpisah antar butirnya. Sedangkan beras Jawa pulen, agak lengket antar butirnya. Kalau rasa, hampir sama. Hanya saja memang, kalau di Jawa, biasanya sebagai pendamping ada sayuran, misal oseng buncis atau acar mentimun wortel, sedangkan untuk Nasi Kuning Banjar pendampingnya hanya lauk. Di foto, bisa kita lihat lauknya adalah Hintalu (telur) dan Iwak Haruan (ikan gabus), keduanya bumbu merah. Ditambahkan juga parutan kelapa yang disangrai, yang di Jawa biasanya kita sebut dengan srundeng. Keluarga suami suka membeli nasi kuning ini untuk sarapan.

4.    Ketupat Kandangan + Hintalu + Iwak Haruan
Ketupat Kandangan adalah makanan yang menurut saya unik. Dari namanya, ketahuan kalau asalnya dari Kandangan, salah satu kota di Kalsel. Tapi keunikan bukan karena namanya, melainkan dari cara menyantapnya. Saat disajikan, ketupat dipotong, didampingi lauk dan diberi kuah santan. Normalnya, makanan berkuah akan dimakan dengan sendok makan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk Ketupat Kandangan. Potongan ketupat dihancurkan dulu dengan tangan sampai teksturnya menyerupai nasi dan kemudian ketupat yang telah hancur dimakan menggunakan tangan langsung, bersama dengan lauk.
Saya sampai protes ke suami,
“kalau memang cara makannya dihancurkan seperti itu, kenapa mesti berasnya susah-susah dibuat ketupat dulu?”
Suami menjawab dengan tidak serius,
“ya kalau nggak dibuat ketupat dulu, namanya bukan ketupat kandangan dong, jadi nasi kandangan”
Ya sudahlah, haha..
Di luar semua itu, rasanya enak kok. Kuah santannya gurih..

Ketupat Kandangan + Iwak Haruan + Hintalu

5.    Makan di kapal, Pasar Terapung Sungai Barito
Saat kami pergi ke Pasar Terapung di sungai Barito dengan naik perahu klotok, kami lihat ada kapal yang menjual makanan. Karena kami berangkat setelah subuh dan belum sarapan, maka makanlah kami di situ. Menu pilihan kami adalah Soto Banjar, Sate Ayam dan Teh Manis Panas. Dan surprise, rasanya enaaakkk..

Lahap, haha.. ;-)

6.    Soto Banjar + Sate Kambing
Soto Banjar ini juga cukup unik, karena kalau pakai lontong disebut Soto Banjar tetapi kalau pakai nasi disebut Nasi Sop, hehe.. Sebelum makan Soto Banjar di Kalsel, saya lebih dulu makan Soto Banjar di Malang, yaitu di Soto Banjar Keluarga di depan SMA 7 Malang. Saat itu diajak oleh mas suami yang masih berstatus pacar, mungkin dia ingin mengenalkan makanan khas daerahnya, dan saya suka karena enak. Setelah coba makan di tempat asalnya, saya malah kecewa karena di Banjarbaru dan sekitarnya, saya belum menemukan Soto Banjar yang sama enaknya dengan Soto Banjar di Malang. Yang mungkin mendekati adalah Soto Banjar di Rumah Makan Abadi Kandangan dan Soto Banjar Bang Amat di tepi sungai, Banjarmasin. Untuk sate, di Kalsel sebenarnya yang khas bukan sate kambing, melainkan Sate Ayam dan Sate Tulang. Sate Ayamnya, potongan dagingnya besar-besar. Kalau Sate Tulang, bukan berarti tulang semua, tetapi sate yang dibuat dari bagian dada ayam yang bertulang, kalau di Jawa kita sebut dengan rongkong. Rasa bumbu satenya manis, paling pas memang kalau dimakan bersama dengan Soto Banjar.

Soto Banjar + Sate Ayam Abadi, Kandangan

Saat kami mudik yang bertepatan dengan momen Lebaran, biasanya ada Pasar Wadai yang hanya buka menjelang waktu buka puasa. Mas suami selalu membeli Sate Ayam dan Sate Tulang dari paman langganannya sejak SD, bahkan kadang membantu paman ngipasin satenya. Ngarep dapet bonus kali yaaa, hehe..

Bantuin Paman kipas sate di Pasar Wadai

7.    Lupis + Selada Gumbili
Kalau lupis di Jawa biasanya dipotong melingkar pipih seperti irisan lontong, kalau di Jakarta biasanya berbentuk segitiga, maka di Kalsel, lupis disajikan dengan bentuk lonjong seperti lontong, hanya ukurannya lebih kecil. Makanan yang terbuat dari beras ketan ini disajikan dengan parutan kelapa dan gula merah cair.
Selada Gumbili ini terbuat dari singkong yang diparut kasar, mirip dengan Sawut, jajanan pasar di Jawa. Hanya bedanya, kalau Sawut, parutan singkong dikukus bersamaan dengan gula merah. Sedangkan kalau Selada Gumbili, dikukus tidak dengan gula merah, tapi nanti gula merahnya dicairkan dan disajikan bersama Selada Gumbili

8.    Bingka
Bingka ini adalah kue basah yang rasanya manis, bagi sebagian orang mungkin terlalu manis. Saya suka dengan teksturnya yang lembut. Varian Bingka cukup banyak, ada yang kentang, hintalu (telur), nyiur anum (kelapa muda), tapai (tape ketan hijau). Saya paling suka Bingka Nyiur Anum karena di dalamnya ada irisan kelapa mudanya, sedangkan keluarga saya di Malang paling suka dengan Bingka Tapai. Tapi kami sama-sama suka dengan Bingka yang gratis, alias oleh-oleh dari keluarga mas suami, haha.. Warung Bingka langganan kami adanya di daerah Gambut.

Aneka Bingka yang dijual di Pasar Wadai

9.    Apam Batil
     Apam Batil ini mirip dengan Apem di Jawa, sama-sama berbahan dasar tape singkong. Hanya saja, kalau di Jawa biasanya di atasnya diberi irisan daun pandan atau nangka, sedangkan di Kalsel, Apam Batil polos. Tetapi ada yang istimewa dalam penyajiannya, karena Apam Batil disantap bersama dengan gula merah cair juga. Jadi, gula merah cair bisa jadi multi fungsi, bisa untuk Lupis, Selada Gumbili, dan juga Apam Batil, hehe.. Apam Batil ini jajanan Banjar favorit mas suami..

Apam Batil

Nah, itu tadi kuliner Kalimantan Selatan yang bisa saya share. Kalau ingin mencoba rasa otentiknya, bisa langsung meluncur ke Bandara Syamsudin Noor. Dari gerbang bandara, kalau belok kanan ke Banjarmasin, sedangkan belok kiri ke Banjarbaru dan Martapura.

Tapi kalau tidak mau jauh-jauh, di Jl. Pangeran Antasari Jaksel ada juga rumah makan khas masakan Banjar yang bernama Soto Banjar Nyaman Ibu H.Amir. Atau di Bogor, bisa ke Soto Banjar Bumi Khatulistiwa yang berada di Jl. Pajajaran.

Selamat mencoba.. :-)

Tulisan ini saya dedikasikan untuk mas suami beserta keluarga yang mengenalkan saya dengan kuliner Kalimantan Selatan, mmmuuuaaaccchhh..



Rabu, 23 September 2015

Traveling Matching

Ada beberapa teman yg bertanya,
"Kok foto-foto saat traveling, bajumu dan suami selalu matching?”

Ya itu bukan tanpa persiapan sih, biasanya saya memang merencanakan baju apa yang akan kami pakai, baik perjalanan dekat-dekat rumah ataupun yang jauh dari rumah. Kalau pergi jauh, persiapannya seminggu sebelumnya. Kalau pergi dekat, persiapannya 3 hari sebelumnya.
Karena memang, kalau traveling, pasti saya niaaaattttt banget.. :-)


Bisa dilihat di foto di atas ini, untuk perjalanan 12 hari, saya persiapkan juga 12 pasang baju. Langkah persiapannya adalah sebagai berikut:
  1. Pelajari cuaca di lokasi tujuan. Biasanya saya menggunakan aplikasi Weather
  2. Pelajari itinerary. Kalau hanya pergi berdua, berarti itinerarynya adalah itinerary yang saya susun sendiri. Sedangkan jika ikut tour, maka itinerary dari travel agen
  3. Browsing gambar daerah tujuan sesuai dengan tujuan yang ada pada itinerary
  4. Cari baju yang sesuai dengan cuaca dan tujuan, baik dari model ataupun warna baju
  5. Setelah saya selesai memilih baju untuk saya sendiri, baru kemudian saya pilihkan baju untuk mas suami. Modelnya dicocokkan dengan cuaca dan warnanya dicocokkan dengan baju saya
  6. Tunjukkan ke mas suami baju apa saja yang saya siapkan untuk dia. Kalau cocok, alhamdulillah ga perlu nyari lagi. Kalau mas suami kurang nyaman, maka saya akan pilihkan baju lain yang lebih nyaman tapi tetap matching

Persiapan baju matching seperti ini, ada beberapa manfaat :
  1. Tidak salah kostum, baik terhadap cuaca ataupun tujuan
  2. Tidak kekurangan atau kelebihan bawa baju
  3. Di foto selalu matching, keliatan kompak dan mesra gitu, haha…

Selain baju inti, yaitu baju yang digunakan saat jalan-jalan, kami juga membawa baju tidur, pakaian dalam dan baju cadangan. Baju cadangan ini biasanya masing-masing 2 potong yang juga matching warnanya..

Selain itu, saya mempersiapkan Vacume Storage Bag yang digunakan sebagai tempat baju kotor, sehingga koper tetap muat dan tidak beranak-pinak, bahkan masih ada space untuk bawa belanjaan dan oleh-oleh..

Gambar di bawah ini adalah beberapa foto traveling kami, dengan baju yang, yaaaa… cukup matching lah dengan mas suami .. ;-)

Selamat mencoba..


Senin, 21 September 2015

Keluarga Shigeko Omagari

Agustus 1994 – Musim Panas

Pertama kali saya bertemu dengan keluarga Shigeko Omagari, di Agustus 1994. Saat itu saya masih SD dan sedang menjadi salah satu anggota Team Paduan Suara delegasi Indonesia dalam ajang International Youth Choir Festival di Osaka, Jepang.

Setelah acara inti selesai, maka kami dikenalkan dengan keluarga Jepang dan tinggal di rumah mereka selama 3 hari. Kebetulan, saya bersama dengan teman saya, Ratna, kebagian tinggal bersama keluarga Shigeko Omagari. Jadilah kami tinggal di Sennan City, Osaka Prefecture dan mengikuti kehidupan penduduk asli selama 3 hari.

Sebetulnya kalau boleh jujur nih, kenangannya sudah agak samar, karena memang kejadiannya sudah 21 tahun yang lalu. Tapi ada beberapa hal yang masih saya ingat:
  1. Keluarga ini tidak bisa berbahasa Inggris. Saya dan teman hanya bisa kemampuan Inggris dasar. Kami sebenarnya sudah dibekali dengan pengetahuan bahasa Jepang, tapi yaaaa begitulah, akhirnya kami pakai bahasa tubuh, hehe..
  2. Kami disuguhi makanan khas Jepang selama tinggal di rumah tersebut, salah satunya adalah kari Jepang. Dan di salah satu jamuan, saya tidak sengaja makan daging babi! Daging tersebut dicampur di nasi goreng. Saat makan, saya agak mikir, ini apa ya, sepertinya ga pernah makan daging yang rasanya seperti ini. Rupanya mama (cara saya memanggil ibu Shigeko Omagari) melihat perubahan raut muka saya dan dengan bahasa tubuh dia menjelaskan bahwa itu adalah daging babi, dan beliau minta maaf karena tidak tahu bahwa saya tidak diperbolehkan makan daging babi. Hehe, tapi gapapa lah, krn ketidaksengajaan, saya jadi tahu bagaimana rasa daging babi.. :-)
  3. Kami diajak ke salah satu department store, dan dipersilahkan untuk memilih apa yg ingin kami beli. Saat itu saya memilih tas punggung Marron Cream dan baju Barbie, seingat saya harganya mahal.. (haha, saya memang anak homestay durhaka..). Oya, department store di sana, SPG atau SPB nya sedikit sekali..
  4. Saat pulang, kami diberi juga beberapa oleh-oleh, seperti misalnya : post card, mangkuk Marron Cream, dll
Setelah itu, dalam beberapa bulan kami saling kirim kabar melalui surat. Bahkan mama mengirimkan hadiah ulang tahun Boneka Jepang. Pengalaman pertama, memiliki relasi selain orang Indonesia, sangat berharga untuk saya..



Desember 2004 – Musim Dingin

Pertemuan kedua saya dengan keluarga Shigeko Omagari adalah pada Desember 2004. Saat itu saya menjadi wakil universitas, untuk mengikuti Academic Exchange dengan University of Miyazaki. Saya berangkat bersama dengan Bapak Dekan dan 2 Bapak Pembantu Dekan Fakultas Teknik.

Sebelum berangkat ke Jepang, saya menghubungi mama dengan mengirimkan surat dan di surat tersebut saya minta ke mama untuk membuat alamat email, supaya komunikasi selanjutnya lebih mudah. Alhamdulillah surat tersebut sampai di tujuan dan mama membalas surat tersebut dengan email, senangnyaaaa… Dan kamipun berjanji untuk bertemu..

1 hari sebelum kepulangan ke Indonesia, saya dijemput oleh mama di hotel, di salah satu sudut Osaka. Kemudian kami naik kereta ke Sennan City, menuju ke rumah mama. Awalnya dosen saya melarang, khawatir saya dibawa kabur katanya, hehe.. Saya maklum sih, karena bagaimanapun, saya tengah berada di bawah pengawasan mereka. Tapi saya berusaha meyakinkan bahwa saya akan baik-baik saja. Akhirnya, dibolehin deh.. :-)

Saat itu, karena keterbatasan waktu, tidak banyak aktifitas yg kami lakukan. Hanya ngobrol sekedarnya, karena mama masih kesulitan untuk menggunakan bahasa Inggris dan kemudian kita makan siang bersama. Yang masih saya ingat dari pertemuan saat itu adalah:
  1. Kucing mama banyak sekali, 10 ada kali yaa. Trus cantik dan guendut guendut
  2. Saya diajak makan siang di salah satu restoran dekat rumah, saat itu menunya adalah ramen dan tempura. Duduknya lesehan
  3. Kami mengenang kembali memori 1994 dengan melihat foto-foto lama
  4. Saya diberi oleh-oleh pudding dalam kemasan aluminium
Tetapi sayangnya, saat itu saya belum punya kamera. HP juga masih seadanya dan tidak berfungsi dengan semestinya saat di Jepang karena khawatir kena roaming. Jadilah kenangan bersama keluarga Shigeko Omagari di tahun 2004 hanya tersimpan di hati dan pikiran..

Tapi jangan sedih, 3 Bapak Dosen saya yg saya sebut di atas, pada bawa kamera kok. Jadi di luar pertemuan dengan keluarga Shigeko Omagari, perjalanan selama di Jepang di tahun 2004, terdokumentasikan dengan baik. Suatu saat, akan saya ceritakan di tulisan terpisah.


Oktober 2012 – Musim Gugur

Ini adalah kepergian ke-3 kalinya saya ke Jepang dan pertama kalinya dengan mas suami. Terima kasih Air Asia, karena tiket murah yang telah dibeli setahun sebelumnya lah, kami bisa melangkahkan kaki berdua ke Jepang.. :-)
Dan, seperti kepergian yang ke-2, saya kirim surat dulu ke mama, kemudian dilanjutkan dengan berbalas email.

Mengunjungi keluarga Shigeko Omagari adalah agenda pertama kami. Setibanya di Kansai pagi hari dan bersih-bersih badan sebentar di airport, kami melanjutkan perjalanan dengan kereta mengarah ke Osaka. Kami berhenti di stasiun pertama yaitu Rinku Town. Di sana, mama dan tante (kakak dr Ibu Shigeko Omagari) sudah menunggu kami. Dengan mobilnya yang berukuran mini, kami meluncur ke kediaman nenek (Ibu dari Ibu Shigeko Omagari).



Seperti layaknya orang yang lama tidak bertemu, kami pun bercerita kembali tentang memori masa lalu sambil membuka album foto. Kemudian saya bercerita tentang pernikahan saya dan mama bercerita tentang pernikahan anaknya. Tak lama, suami, anak dan cucu mama datang, kamipun berkumpul, masak dan makan bersama.



Kami masak makanan khas Jepang, takoyaki dan okonomiyaki. Takoyaki adalah camilan yang terbuat dr adonan tepung berbumbu, berbentuk bola-bola kecil dan ada potongan gurita di dalamnya.


Sedangkan okonomiyaki adalah makanan yang terbuat dari adonan tepung berbumbu, yang di dalamnya ditambahkan kol, telur ayam, dan potongan seafood yang kemudian digoreng di atas teppan. Mirip fuyung hay lah. Saya yang sebenarnya tidak bisa masak, sok ikut-ikutan bantuin. Karena prosesnya mudah, tinggal cempang-cemplung dan dibolak-balik, trus kasih saos dan santap deh..


Saya dan suami sepakat, bahwa ini adalah takoyaki dan okonomiyaki terenak yang pernah kami makan. Mungkin karena homemade, dibuat oleh orang Jepang asli, dan tentu saja dibuat dengan penuh cinta.

Tak terasa, matahari sudah bergulir ke arah barat. Kamipun  pamit karena harus melanjutkan perjalanan. Mama mengantarkan kami kembali ke stasiun dan kami dadah-dadah..


Di bulan Desember, saya mengirimkan kalender tahun 2013 ke mama. Desain kalendernya custom, yang berisi foto-foto kami selama bertemu di bulan Oktober yang lalu..

Orang Jepang, memang terkesan kaku, mungkin ini karena bahasa tubuhnya nya saja. Tetapi di dalam sana, saya bisa merasakan kehangatan dan ketulusan mereka. Meskipun jarang sekali bertemu, dengan jarak waktu yang lama antar pertemuan, mereka tetap siap menyambut saya dengan tangan terbuka setiap kali saya berkunjung.

Satu keinginan saya, untuk bertemu dengan keluarga Shigeko Omagari, paling tidak sekali lagi, bersama anak dan suami, di musim semi.. :-)