Saya
adalah seorang pemimpi. Paling tidak itu yang dikatakan oleh mama, bapak, mas
suami dan keluarga saya. Dan kalau sudah punya keinginan, biasanya akan keukeuh
sumekeuh untuk mengejar tercapainya keinginan itu. Dan belakangan, ternyata
teman masa muda saya (ciiiee, yang udah tua, hehe), bercerita bahwa dia
memiliki pendapat yang sama tentang saya, dia ingat beberapa mimpi saya saat SMA. Dan, saya setuju,
saya memang seorang pemimpi, hehe..
Disebut
sebagai seorang pemimpi, karena seringkali, saya punya keinginan yang melebihi
batas pada kondisi saat itu. Seperti misalnya, sepulangnya saya dari mengikuti
Youth Choir Festival di Osaka Jepang saat SD, saya punya keinginan bahwa suatu
hari saya harus bisa ke Jepang lagi. Kalau dipikir dengan logika, ya bagaimana
bisa, wong keluarga saya hanya keluarga sederhana. Saya juga masih sekolah, mau
nabung ya darimana, uang saku mepet, sebagian besar sudah habis untuk bayar
angkot, mau makan siang di kampus aja saya mikir-mikir dulu. Eh ternyata kampus
saya punya program Academic Exchange dengan University of Miyazaky Jepang. Sayapun
ikut seleksi dan lulus, maka berangkatlah saya ke Jepang untuk kedua kalinya
tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Bonusnya, pulang dari Jepang eh masuk koran ;-)
Artikel di Malang Pos, 2005
Begitupun
saat punya keinginan untuk cum laude, demi mewujudkan mimpi Bapak saya. Saat itu sudah semester 7 dan IPK saya masih 3.3. Rasanya tidak mungkin untuk lulus dengan
predikat cum laude dengan sisa 3 semester. Akhirnya saya coba kalkulasi dan
mengulang beberapa mata kuliah yang saya yakin bisa dapat nilai A. Cum laude
pun tercapai di semester 9 dengan IPK mepet 3,514 dan Alhamdulillah dapat bonus gelar sebagai Lulusan Terbaik se-Fakultas Teknik.
Nomor Urut Ijazah Lulusan Terbaik adalah 001
Coba lihat mata Bapak saya, setelah acara wisuda pun masih berkaca-kaca saking bahagianya..
Saat
masih kuliah, saya punya tekad harus kerja di Jakarta. Saya ingin menghadapi
tantangan baru, keluar dari Malang. Eh Alhamdulillah terwujud juga. Meskipun
harus dengan bonceng motor mas suami yang saat itu masih berstatus sebagai pacar
untuk tes di Surabaya, kami istirahat siang di masjid, numpang nginap di rumah teman,
tapi perjuangan terbayar lunas. Saya diterima bekerja di perusaahan dimana di
situlah tes kerja saya lakukan untuk pertama kali. Dan bekerjalah saya di kota impian
saya, Jakarta. Meskipun harus pulang pergi naik kopaja, yang goncangannya bisa
membuat organ dalam teraduk-aduk, tapi saya senang. Percaya gak, kalau saya
sering ketiduran di kopaja? ;-)
Jaman masih kurus, baru masuk kerja dan dijadikan model sales kit
Begitu
pula saat saya punya mimpi, pengen punya suami orang Kalimantan, karena katanya
cowok Kalimantan itu orangnya romantis, eh jadi kenyataan. Meskipun romantisnya
tidak terwujud, tapi orang Kalimantannya kesampaian. Romantis diganti Allah
dengan kesabaran luar biasa dari mas suami.
Selfie bersama mas suami di Pasar Terapung, Banjarmasin
Traveling
ke Eropa, mengunjungi menara Eiffel, juga adalah mimpi saya yang awalnya seperti tidak
mungkin akan tercapai. Berani-beraninya seorang anak yang lahir di gang kecil
Betek kok pengen pergi ke Eropa. Hanya saja, entah bagaimana caranya, perlahan mimpi itu
terwujud dengan sendirinya. Saya sampai berkaca-kaca terharu saat berjalan
mendekati menara Eiffel, 1.5 tahun yang lalu, sambil beberapa kali berbisik ke mas
suami “Alhamdulillah mas, ini beneran ya?”
Makin mendekati Eiffel makin deg-degan..
Dan
mimpi saya yang saat itu rasanya sulit dan tidak tahu kapan akan
tercapainya adalah punya anak. Tapi yang namanya pemimpi ya, saya keukeuh aja,
yakin kalau suatu hari Allah akan mewujudkannya. Saking yakinnya, sejak lama
saya sudah mempersiapkan nama, tetapi hanya nama bayi wanita. Nama itu saya
ambil dari bahasa Jepang, karena saya memang suka banget dengan Jepang. Arti
namanya dalam bahasa Jepang adalah "lovely; companion; splendor; flower;
petal". Ternyata nama ini juga mempunyai arti dalam bahasa Spanyol yaitu penguasa
rumah, pelindung yang kuat. Saya simpan nama ini baik-baik. Beberapa kali
gagal program, berhasil hamil dan kemudian keguguran, sampai kemudian saya hamil
lagi, nama ini tetap terpatri di hati dan pikiran saya.
Sampai
akhirnya, Allah yang sungguh baik, dengan segala kuasaNya, sekali lagi mewujudkan
mimpi saya dan mas suami. Setelah perjuangan panjang 8 tahun, bayi wanita mungil
itu lahir. Bayi yang menjadi anugerah terindah dalam hidup kami. Bayi yang
menambah keceriaan di rumah kami. Bayi yang menjadi pelengkap kebahagiaan hidup kami. Bayi yang juga menjadi pengisi kekosongan hati Uti setelah hampir 3 tahun Bapak pergi dipanggil Allah.
Dan
hari ini, Alhamdulillah bayi itu genap berumur 7 bulan, sehat dan ceria.
Bayi
itu bernama Reika, mimpi yang jadi nyata..
Reika saat berumur 6 bulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar