Alm. Om Yun
Desember 2014
Berapa lama umur kita di dunia ini, memang hanya
Allah yang tahu..
Bisa saja semalam masih telpon-telponan, eh hari
ini tiba-tiba meninggal.
Seperti 2 hari yang lalu, saya mendapatkan kabar mendadak
mengenai meninggalnya Om Yun, adik Bapak saya yang tinggal di Pamulang. Beliau
meninggal di rumah karena serangan jantung.
Kaget?
Banget. Karena beberapa hari sebelumnya tidak ada
kabar bahwa beliau sedang sakit.
Sedih?
Iya, siapa sih yang tidak sedih dengan kematian.
Cuman memang saya bukan type cewe yang kalau sedang
sedih, kemudian menangis meraung-raung dan sulit berhenti. Apalagi di saat
kejadian seperti ini, dimana jenasah Om Yun akan dimakamkan di Malang. Yang ada
malah otak saya berputar, berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk membantu.
Seketika saya teringat dengan kejadian meninggalnya
Bapak di Mei 2013.
Saat itu, saya dan mas suami sedang berada di
taksi, menuju rumah sakit untuk menjaga Bapak yang kondisinya sedang kritis. Di
tengah perjalanan, Om (suami tante yang merupakan adik Bapak saya) menghubungi
mas suami melalui telepon dan menyampaikan apakah bisa memajukan tiket yang
seharusnya hari Sabtu menjadi besok, hari Rabu. Awalnya, hari Sabtu kami memang
akan pulang ke Malang, bersama Bapak dan Mama, karena Bapak yang sudah selama
hampir 3 bulan keluar masuk rumah sakit di Jakarta, ingin pulang dan berobat
di Malang saja. Seluruh persyaratan termasuk surat ijin terbang, sudah selesai
diurus.
Mendengar pertanyaan seperti itu, saya langsung
tanya ke mas suami yang masih online dengan Om,
“Kenapa harus dimajukan besok, Bapak meninggal ya?”
Mas suami tidak menjawab, dia menyelesaikan
pembicaraan dengan Om. Setelah selesai, mas suami memeluk saya dan berkata
kepada saya bahwa Bapak memang sudah meninggal. Sedih, menangis, saya menyesal
tidak ada di samping Bapak ketika beliau meninggal. Hanya saja, ini memang
misteri Allah, kita tidak akan pernah tahu kapan maut menjemput.
Dan apa saja yang saya lakukan setelah itu?
1. Sambil
menunggu taksi sampai di rumah sakit, saya menghubungi atasan dan
menginformasikan kabar duka tersebut, serta meminta ijin bahwa beberapa hari ke
depan saya akan cuti untuk pulang ke Malang
2. Sesampainya
di rumah sakit, setelah memeluk Mama, Tante dan mencium tangan Om, saya
mendekati jenasah Bapak dan mendoakan beliau. Saya lihat wajah Bapak begitu
tenang dan tampak tersenyum, saya merasa legaaa sekali, Bapak sudah terlepas
dari rasa sakitnya. Semoga sakit yang dialami sebelum meninggal, menjadi penggugur dosa-dosa Bapak, aamiin..
3. Setelah
itu saya mulai melakukan koordinasi by phone untuk mengurus pengiriman jenasah
ke Malang. Mulai dari pengiriman cargo jenasah, tiket pendamping jenasah sampai
dengan tiket kami, keluarga di Jakarta yg akan pulang ke Malang. Untungnya rumah sakit tersebut memiliki layanan jasa cargo jenasah sehingga pengurusan menjadi lebih mudah
4. Membantu
memandikan jenasah Bapak dan menemui para pelayat
5. Memastikan
bahwa semua surat-surat yang berkaitan dengan meninggalnya Bapak, dan juga
biaya rumah sakit serta cargo jenasah sudah beres semua
6. Memastikan
pengurusan cargo jenasah termasuk jadwal jenasah berangkat dari rumah sakit ke
bandara akan tepat waktu
7. Berangkat
ke Senayan City, ke kantor Garuda Indonesia untuk:
- Cancel tiket Bapak yang seharusnya akan
digunakan di hari Sabtu, dengan melampirkan surat kematian. Seingat saya,
refund bisa full karena penumpang meninggal
- Cancel tiket saya dan mas suami yang seharusnya
akan digunakan di hari Sabtu. Refund pro rata, tapi sudah kecil nilainya. Saya
dan suami berangkat hari itu juga, menggunakan airlines lain dan turun di
Surabaya
- Upgrade tiket Mama, pindah dr Sabtu ke Rabu dan
pindah ke kelas Bisnis karena tiket kelas Ekonomi hanya ada 2 dan telah dibeli
untuk digunakan oleh tante dan adik saya
8. Antar
tiket Garuda yang telah diprint ke rumah tante
9. Kembali
ke rumah kami dengan KRL, packing secepatnya dan berangkat ke Cengkareng naik
taksi yang sudah kami pesan selama perjalanan di KRL
10. Berangkat
ke Surabaya bersama mas suami dan Om. Kami pergi di hari sebelumnya supaya kami
sempat mempersiapkan segala sesuatunya di Malang untuk pemakaman Bapak
11. Sampai
di Surabaya, team cabang kantor saya sudah menunggu dan siap mengantarkan kami
ke Malang. Saya bersyukur sekaliiiii, bantuan datang di saat kami sangat
membutuhkannya. Terima kasih tak terhingga untuk kantor saya
Dan esoknya, kami menjemput jenasah Bapak di
bandara Abdul Rachman Saleh, Malang. Setelah disholati di rumah, jenasah Bapak dimakamkan
di Pemakaman Betek.
Sampai semua proses selesai, rasanya saya tidak
punya cukup waktu untuk menangis. Palingan saat ada yang bertanya mengenai
cerita sakit dan meninggalnya Bapak, saya tidak kuasa untuk menahan tetesan air
mata.
Meninggalnya seseorang yang kita sayangi, memang
menimbulkan kesedihan, tapi itu pasti akan terjadi. Sehingga daripada
berlarut-larut dalam kesedihan, lebih baik kita berusaha untuk ikhlas dan move
on. Ya karena, “urip iki mung numpang ngguyu”, hidup ini cuma numpang ketawa, oleh karena itu, rasanya tidak perlu sedih berlama-lama..
Semoga Bapak dan Om Yun diterima semua amal
ibadahnya dan diampuni segala dosanya.
Sampai jumpa lagi Pak, Om.. :-)
Alm. Bapak, Mama Nis, Alm. Om Yun
Mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar