Selasa, 06 Oktober 2015

Sampai jumpa lagi Om Yun..


Alm. Om Yun
Desember 2014

Berapa lama umur kita di dunia ini, memang hanya Allah yang tahu..
Bisa saja semalam masih telpon-telponan, eh hari ini tiba-tiba meninggal.
Seperti 2 hari yang lalu, saya mendapatkan kabar mendadak mengenai meninggalnya Om Yun, adik Bapak saya yang tinggal di Pamulang. Beliau meninggal di rumah karena serangan jantung.

Kaget?
Banget. Karena beberapa hari sebelumnya tidak ada kabar bahwa beliau sedang sakit.
Sedih?
Iya, siapa sih yang tidak sedih dengan kematian.
Cuman memang saya bukan type cewe yang kalau sedang sedih, kemudian menangis meraung-raung dan sulit berhenti. Apalagi di saat kejadian seperti ini, dimana jenasah Om Yun akan dimakamkan di Malang. Yang ada malah otak saya berputar, berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk membantu.

Seketika saya teringat dengan kejadian meninggalnya Bapak di Mei 2013.

Saat itu, saya dan mas suami sedang berada di taksi, menuju rumah sakit untuk menjaga Bapak yang kondisinya sedang kritis. Di tengah perjalanan, Om (suami tante yang merupakan adik Bapak saya) menghubungi mas suami melalui telepon dan menyampaikan apakah bisa memajukan tiket yang seharusnya hari Sabtu menjadi besok, hari Rabu. Awalnya, hari Sabtu kami memang akan pulang ke Malang, bersama Bapak dan Mama, karena Bapak yang sudah selama hampir 3 bulan keluar masuk rumah sakit di Jakarta, ingin pulang dan berobat di Malang saja. Seluruh persyaratan termasuk surat ijin terbang, sudah selesai diurus.

Mendengar pertanyaan seperti itu, saya langsung tanya ke mas suami yang masih online dengan Om,
“Kenapa harus dimajukan besok, Bapak meninggal ya?”

Mas suami tidak menjawab, dia menyelesaikan pembicaraan dengan Om. Setelah selesai, mas suami memeluk saya dan berkata kepada saya bahwa Bapak memang sudah meninggal. Sedih, menangis, saya menyesal tidak ada di samping Bapak ketika beliau meninggal. Hanya saja, ini memang misteri Allah, kita tidak akan pernah tahu kapan maut menjemput.

Dan apa saja yang saya lakukan setelah itu?
1.   Sambil menunggu taksi sampai di rumah sakit, saya menghubungi atasan dan menginformasikan kabar duka tersebut, serta meminta ijin bahwa beberapa hari ke depan saya akan cuti untuk pulang ke Malang
2.   Sesampainya di rumah sakit, setelah memeluk Mama, Tante dan mencium tangan Om, saya mendekati jenasah Bapak dan mendoakan beliau. Saya lihat wajah Bapak begitu tenang dan tampak tersenyum, saya merasa legaaa sekali, Bapak sudah terlepas dari rasa sakitnya. Semoga sakit yang dialami sebelum meninggal, menjadi penggugur dosa-dosa Bapak, aamiin..
3.   Setelah itu saya mulai melakukan koordinasi by phone untuk mengurus pengiriman jenasah ke Malang. Mulai dari pengiriman cargo jenasah, tiket pendamping jenasah sampai dengan tiket kami, keluarga di Jakarta yg akan pulang ke Malang. Untungnya rumah sakit tersebut memiliki layanan jasa cargo jenasah sehingga pengurusan menjadi lebih mudah
4.    Membantu memandikan jenasah Bapak dan menemui para pelayat
5.   Memastikan bahwa semua surat-surat yang berkaitan dengan meninggalnya Bapak, dan juga biaya rumah sakit serta cargo jenasah sudah beres semua
6.  Memastikan pengurusan cargo jenasah termasuk jadwal jenasah berangkat dari rumah sakit ke bandara akan tepat waktu
7.    Berangkat ke Senayan City, ke kantor Garuda Indonesia untuk:
    - Cancel tiket Bapak yang seharusnya akan digunakan di hari Sabtu, dengan melampirkan surat kematian. Seingat saya, refund bisa full karena penumpang meninggal
    - Cancel tiket saya dan mas suami yang seharusnya akan digunakan di hari Sabtu. Refund pro rata, tapi sudah kecil nilainya. Saya dan suami berangkat hari itu juga, menggunakan airlines lain dan turun di Surabaya
    - Upgrade tiket Mama, pindah dr Sabtu ke Rabu dan pindah ke kelas Bisnis karena tiket kelas Ekonomi hanya ada 2 dan telah dibeli untuk digunakan oleh tante dan adik saya
8.    Antar tiket Garuda yang telah diprint ke rumah tante
9.  Kembali ke rumah kami dengan KRL, packing secepatnya dan berangkat ke Cengkareng naik taksi yang sudah kami pesan selama perjalanan di KRL
10. Berangkat ke Surabaya bersama mas suami dan Om. Kami pergi di hari sebelumnya supaya kami sempat mempersiapkan segala sesuatunya di Malang untuk pemakaman Bapak
11. Sampai di Surabaya, team cabang kantor saya sudah menunggu dan siap mengantarkan kami ke Malang. Saya bersyukur sekaliiiii, bantuan datang di saat kami sangat membutuhkannya. Terima kasih tak terhingga untuk kantor saya

Dan esoknya, kami menjemput jenasah Bapak di bandara Abdul Rachman Saleh, Malang. Setelah disholati di rumah, jenasah Bapak dimakamkan di Pemakaman Betek.
Sampai semua proses selesai, rasanya saya tidak punya cukup waktu untuk menangis. Palingan saat ada yang bertanya mengenai cerita sakit dan meninggalnya Bapak, saya tidak kuasa untuk menahan tetesan air mata.

Meninggalnya seseorang yang kita sayangi, memang menimbulkan kesedihan, tapi itu pasti akan terjadi. Sehingga daripada berlarut-larut dalam kesedihan, lebih baik kita berusaha untuk ikhlas dan move on. Ya karena, “urip iki mung numpang ngguyu”, hidup ini cuma numpang ketawa, oleh karena itu, rasanya tidak perlu sedih berlama-lama..

Semoga Bapak dan Om Yun diterima semua amal ibadahnya dan diampuni segala dosanya.
Sampai jumpa lagi Pak, Om.. :-)

Alm. Bapak, Mama Nis, Alm. Om Yun
Mei 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar