Saya orangnya suka makan, dan suka
mencoba tempat makan baru. Waktu kuliah dulu, lebih parah, kalau ambil makanan
prasmanan (di kondangan atau ulang tahun), bisa buanyak banget, dan habis.
Cuman memang, jaman dulu masih sulit kalau mau mencoba makanan baru, belum ada
duit, hehe.. Kalau warung pinggiran sih masih cukup mampu lah, tapi kalau
restoran, nanti duluuuu.. Palingan nunggu gajian dari hasil ngeband.. ;-)
Sekarang, porsi makan saya tidak
sebanyak dulu, karena kok rasanya pencernaan semakin melambat metabolismenya,
minum air putih saja eh badan bisa jadi gemuk, hehe.. Dan rasanya susaaahhh
banget turun berat badan. Tapi kalau hobi mencoba makanan baru sih masih
bertahan, dan untungnya mas suami menyukai hal yang sama.
Teman yang sudah bergaul lama
dengan saya, pasti sudah tahu kalau saya seringkali upload foto makanan di
facebook. Sampai saat ini sudah 8 album yang isinya 200an foto, dan album ke-9
masih on progress menuju 200 foto. Hanya saja, memang saya tidak pernah review
detail masing-masing makanannya, biasanya hanya saya beri caption nama makanan
dan di mana makanan tersebut bisa dibeli, itu pun kalo saya masih ingat apa
nama makanannya, hehe..
Mumpung saya sudah punya blog nih,
maka saya akan mulai review mengenai makanan yang sudah pernah saya coba. Tapi
review ini murni berdasarkan penilaian lidah saya, karena saya yakin, enak
menurut saya belum tentu enak bagi orang lain, begitu pula sebaliknya, namanya
juga selera ya..
Ya sama lah kalau melihat cowo
ganteng, menurut saya mas suami ganteng, belum tentu jelek menurut orang lain,
haha..
Dan review saya, akan diawali
dengan review makanan khas Kalimantan Selatan, kampung mas suami. Setiap tahun,
kami mudik, dan kebiasaan ini sudah berjalan selama hampir 8 tahun pernikahan
kami. Ada makanan yang saya suka, tapi ada juga yang tidak..
Arahan untuk melihat gambar adalah
dari barisan atas, kiri ke kanan. Kemudian barisan tengah, kiri ke kanan. Dan
kemudian, barisan bawah dari kiri ke kanan.
1. Ikan Patin bakar + Mandai +
Cacapan + Sambal
Di Kalsel, banyak makanan yang berbahan ikan. Mayoritas ikannya
adalah ikan sungai, secara sungai di sana memang lebar-lebar. Salah satunya
adalah Ikan Patin. Saya suka Ikan Patin karena tekstur dagingnya yang lembut.
Di beberapa bagian, ada lemak yang cukup tebal, saya kurang suka. Ikan Patin
juga jarang durinya, jadi tidak perlu makan sambil kerepotan mencari duri. Ikan
Patin biasanya dibakar, goreng atau pais (pepes). Saya paling suka yang
dibakar. Dimakan dengan Cacapan (lalapan atau sayur rebus), dan Sambal yang
super pedas. Di beberapa rumah makan, sebagai side dish ditambahkan Mandai.
Mandai adalah bagian dalam kulit cempedak yang dibumbui dan digoreng. Enak,
teksturnya mirip ayam suwir. Tempat makan Ikan Patin Bakar yang saya suka adalah
warung Ibas
di
Pasar Martapura, warung pak Joe dan Rumah Makan Berkat
Patin Bakar di Warung Ibas
Sambal di Warung Pak Joe
2. Hundang Sungai goreng
Bahasa Banjar udang adalah Hundang. Kalau sedang musim, ukuran
Udang Sungai bisa besar sekali. Tapi kalau sedang tidak musim, Udang Sungai
berukuran besar sulit dicari, biasanya mertua pakai acara rebutan dulu dengan
pembeli lain di pasar, hehe..
Kalau di rumah makan, Udang Sungai biasanya dihidangkan dengan
cara digoreng. Tapi kalau di rumah, mertua biasanya memasak Udang Sungai dengan
digoreng atau masak kuah santan. Udang Sungai kuah santan lebih enak karena
kaki udang bisa dimakan dengan mudah, dan bumbu meresap sampai ke dalam kepala
udang. Jadi enak banget saat disesep-sesep..
Sluuurrrppp, nulis sambil ngiler nih, hehe..
Hundang Sungai Santan buatan mama mertua
3. Nasi Kuning + Hintalu + Iwak Haruan
Nasi Kuning Banjar teksturnya agak berbeda dengan Nasi Kuning di
Jawa, karena jenis berasnya juga berbeda. Beras Banjar lebih pera atau ngepyur,
terpisah antar butirnya. Sedangkan beras Jawa pulen, agak lengket antar
butirnya. Kalau rasa, hampir sama. Hanya saja memang, kalau di Jawa, biasanya
sebagai pendamping ada sayuran, misal oseng buncis atau acar mentimun wortel, sedangkan
untuk Nasi Kuning Banjar pendampingnya hanya lauk. Di foto, bisa kita lihat
lauknya adalah Hintalu (telur) dan Iwak Haruan (ikan gabus), keduanya bumbu
merah. Ditambahkan juga parutan kelapa yang disangrai, yang di Jawa biasanya
kita sebut dengan srundeng. Keluarga suami suka membeli nasi kuning ini untuk
sarapan.
4. Ketupat Kandangan + Hintalu + Iwak
Haruan
Ketupat Kandangan adalah makanan yang menurut saya unik. Dari
namanya, ketahuan kalau asalnya dari Kandangan, salah satu kota di Kalsel. Tapi
keunikan bukan karena namanya, melainkan dari cara menyantapnya. Saat disajikan,
ketupat dipotong, didampingi lauk dan diberi kuah santan. Normalnya, makanan
berkuah akan dimakan dengan sendok makan. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk
Ketupat Kandangan. Potongan ketupat dihancurkan dulu dengan tangan sampai
teksturnya menyerupai nasi dan kemudian ketupat yang telah hancur dimakan menggunakan
tangan langsung, bersama dengan lauk.
Saya sampai protes ke suami,
“kalau memang cara makannya dihancurkan seperti itu, kenapa mesti
berasnya susah-susah dibuat ketupat dulu?”
Suami menjawab dengan tidak serius,
“ya kalau nggak dibuat ketupat dulu, namanya bukan ketupat
kandangan dong, jadi nasi kandangan”
Ya sudahlah, haha..
Di luar semua itu, rasanya enak kok. Kuah santannya gurih..
Ketupat Kandangan + Iwak Haruan + Hintalu
5. Makan di kapal, Pasar Terapung
Sungai Barito
Saat kami pergi ke Pasar Terapung di sungai Barito dengan naik
perahu klotok, kami lihat ada kapal yang menjual makanan. Karena kami berangkat
setelah subuh dan belum sarapan, maka makanlah kami di situ. Menu pilihan kami
adalah Soto Banjar, Sate Ayam dan Teh Manis Panas. Dan surprise, rasanya
enaaakkk..
Lahap, haha.. ;-)
6. Soto Banjar + Sate Kambing
Soto Banjar ini juga cukup unik, karena kalau pakai lontong disebut
Soto Banjar tetapi kalau pakai nasi disebut Nasi Sop, hehe.. Sebelum makan Soto
Banjar di Kalsel, saya lebih dulu makan Soto Banjar di Malang, yaitu di Soto
Banjar Keluarga di depan SMA 7 Malang. Saat itu diajak oleh mas suami yang
masih berstatus pacar, mungkin dia ingin mengenalkan makanan khas daerahnya,
dan saya suka karena enak. Setelah coba makan di tempat asalnya, saya malah
kecewa karena di Banjarbaru dan sekitarnya, saya belum menemukan Soto Banjar yang
sama enaknya dengan Soto Banjar di Malang. Yang mungkin mendekati adalah Soto
Banjar di Rumah Makan Abadi Kandangan dan Soto Banjar Bang Amat di tepi sungai,
Banjarmasin. Untuk sate, di Kalsel sebenarnya yang khas bukan sate kambing,
melainkan Sate Ayam dan Sate Tulang. Sate Ayamnya, potongan dagingnya
besar-besar. Kalau Sate Tulang, bukan berarti tulang semua, tetapi sate yang
dibuat dari bagian dada ayam yang bertulang, kalau di Jawa kita sebut dengan
rongkong. Rasa bumbu satenya manis, paling pas memang kalau dimakan bersama
dengan Soto Banjar.
Soto Banjar + Sate Ayam Abadi, Kandangan
Saat kami mudik yang bertepatan dengan momen Lebaran, biasanya ada
Pasar Wadai yang hanya buka menjelang waktu buka puasa. Mas suami selalu membeli
Sate Ayam dan Sate Tulang dari paman langganannya sejak SD, bahkan kadang
membantu paman ngipasin satenya. Ngarep dapet bonus kali yaaa, hehe..
Bantuin Paman kipas sate di Pasar Wadai
7. Lupis + Selada Gumbili
Kalau lupis di Jawa biasanya dipotong melingkar pipih seperti
irisan lontong, kalau di Jakarta biasanya berbentuk segitiga, maka di Kalsel,
lupis disajikan dengan bentuk lonjong seperti lontong, hanya ukurannya lebih
kecil. Makanan yang terbuat dari beras ketan ini disajikan dengan parutan
kelapa dan gula merah cair.
Selada Gumbili ini terbuat dari singkong yang diparut kasar, mirip
dengan Sawut, jajanan pasar di Jawa. Hanya bedanya, kalau Sawut, parutan
singkong dikukus bersamaan dengan gula merah. Sedangkan kalau Selada Gumbili,
dikukus tidak dengan gula merah, tapi nanti gula merahnya dicairkan dan
disajikan bersama Selada Gumbili
8.
Bingka
Bingka ini adalah kue basah yang rasanya manis, bagi sebagian
orang mungkin terlalu manis. Saya suka dengan teksturnya yang lembut. Varian
Bingka cukup banyak, ada yang kentang, hintalu (telur), nyiur anum (kelapa
muda), tapai (tape ketan hijau). Saya paling suka Bingka Nyiur Anum karena di
dalamnya ada irisan kelapa mudanya, sedangkan keluarga saya di Malang paling
suka dengan Bingka Tapai. Tapi kami sama-sama suka dengan Bingka yang gratis,
alias oleh-oleh dari keluarga mas suami, haha.. Warung Bingka langganan kami adanya di daerah Gambut.
Aneka Bingka yang dijual di Pasar Wadai
9. Apam Batil
Apam Batil ini mirip dengan Apem di Jawa, sama-sama berbahan dasar
tape singkong. Hanya saja, kalau di Jawa biasanya di atasnya diberi irisan daun
pandan atau nangka, sedangkan di Kalsel, Apam Batil polos. Tetapi ada yang
istimewa dalam penyajiannya, karena Apam Batil disantap bersama dengan gula
merah cair juga. Jadi, gula merah cair bisa jadi multi fungsi, bisa untuk
Lupis, Selada Gumbili, dan juga Apam Batil, hehe.. Apam Batil ini jajanan Banjar favorit mas suami..
Apam Batil
Nah, itu tadi kuliner Kalimantan
Selatan yang bisa saya share. Kalau ingin mencoba rasa otentiknya, bisa
langsung meluncur ke Bandara Syamsudin Noor. Dari gerbang bandara, kalau belok
kanan ke Banjarmasin, sedangkan belok kiri ke Banjarbaru dan Martapura.
Tapi kalau tidak mau jauh-jauh, di
Jl. Pangeran Antasari Jaksel ada juga rumah makan khas masakan Banjar yang
bernama Soto Banjar Nyaman Ibu H.Amir. Atau di Bogor, bisa ke Soto Banjar Bumi
Khatulistiwa yang berada di Jl. Pajajaran.
Selamat mencoba.. :-)
Tulisan ini saya dedikasikan untuk mas suami beserta keluarga yang
mengenalkan saya dengan kuliner Kalimantan Selatan, mmmuuuaaaccchhh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar