Rabu, 09 Desember 2015

Pejuang Keturunan (3) – Harus sehat dulu..

Pertengahan 2010, akhirnya kami pindah ke rumah milik kami sendiri. Dari situ kami yakin untuk memulai program hamil. Saya coba cek ke dokter kandungan dan kemudian dilakukan usg transvaginal. Dari hasil cek, indikasinya adalah PCOS karena sel telurnya terlihat kecil-kecil seperti anggur.
Kalau saya ambil dari wikipedia, definisi PCOS dapat dilihat di bawah ini:
Polycystic ovary syndrome (PCOS), also called hyperandrogenic anovulation (HA),[1] or Stein–Leventhal syndrome,[2] is a set of symptoms due to a hormone imbalance in women.[3] Signs and symptoms of PCOS include irregular or no menstrual periods, heavy periods, excess body and facial hair, acne, pelvic pain, trouble getting pregnant, and patches of thick, darker, velvety skin.[4] Associated conditions include type 2 diabetes, obesity, obstructive sleep apnea, heart disease, mood disorders, and endometrial cancer.[3]

Saya disarankan untuk meminum obat hormon supaya sel telur dapat berkembang dengan baik.

Belum satu kali siklus, eh ternyata ada cobaan menghadang..

Saya terkena penyakit TBC Kelenjar tahap awal, TBC Kelenjar ini adalah TBC yang mengenai kelenjar getah bening. Tidak menular, tapi kalau tidak diobati, cukup berbahaya. Berat badan saya turun, dari yang biasanya 55 kg menjadi 52 kg. Dan dokter memastikan saya terkena TBC kelenjar setelah operasi open biopsi.
Karena penyakit ini, saya harus minum obat selama 9 bulan. Terpaksa kami menunda program hamil karena obatnya cukup keras. Setelah 9 bulan dan dinyatakan sembuh dan berat badan saya naik menjadi 60 kg (hiks), saya masih harus menunggu 3 bulan lagi, supaya kandungan kimia di tubuh saya menipis.

Setelah itu, kami komit untuk melanjutkan program hamil kembali.

Program hamil belum dimulai, eh suami saya terkena HNP (Hernia Nucleus Pulposus). Bahasa awamnya adalah saraf kejepit di area tulang belakang. Suami saya tidak bisa duduk terlalu lama. Tidur pun selalu merasa kesakitan. Sampai kami pernah hampir tabrakan karena mas suami tiba-tiba merasakan sakit saat sedang mengendarai mobil.
Setahun kami mencari pengobatan yang paling tepat untuk mas suami. Saran dokter sebenarnya adalah operasi, tetapi prosentase keberhasilannya hanya 50%, sembuh atau lumpuh. Akhirnya kami mencari cara lain, mulai secara medis dengan minum obat dan fisioterapi, cara Cina dengan menempel ramuan pada daerah yang sakit, cara Islam dengan doa, pijat dan minuman herbal, cara Jawa dengan pijat yang sakitnya aduhai, sampai cara terakhir yaitu dengan pijat khusus HNP oleh terapis tunanetra di daerah Pondok Gede. Melalui cara terakhir dan tentunya dengan seijin Allah, akhirnya kondisi mas suami membaik, dan kami bisa melanjutkan program hamil.

Someday, mas suami akan sharing cerita mengenai perjuangannya melawan HNP dan akan saya sharing di blog ini.

(bersambung..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar