Ternyata
kesabaran saya memang kurang banyak stoknya, setelah melalui program induksi dengan
berbagai suka dukanya, akhirnya kami (lebih tepatnya atas paksaan saya),
memutuskan untuk melakukan inseminasi. Sebenarnya dokter menyarankan untuk
bersabar, menurut dia, sedikit lagi pasti berhasil. Tetapi saya, yang harus minum
obat hormon terus-terusan, merasakan berkali-kali usg transvaginal, tekanan
psikologis saat ML, kekecewaan saat melihat 1 garis di test pack, rasanya ingin
naik ke level ke usaha yang lebih tinggi lagi.
Akhirnya
kami melakukan proses inseminasi tersebut di bulan Oktober 2013. Prosesnya
sebagai berikut:
1. Hari
ke-2 menstruasi, saya akan kontrol ke dokter untuk dilihat kondisi sel telur
2. Lanjut
minum 2 obat mulai H ke-2 menstruasi. Obat pertama diminum selama 5 hari, obat
kedua diminum selama 10 hari.
3. Hari
ke-7 sampai dengan hari ke-9 (selama 3 hari), saya akan disuntik hormon di
bagian perut untuk memperbesar sel telur. Jumlah suntikan ini bergantung dengan
kondisi sel telur kita. Karena dengan obat saja biasanya sel telur saya sudah
ada beberapa yang memenuhi kriteria, meskipun lama matangnya, maka saya hanya
memerlukan 3 suntikan. Info dokter, kalau jumlah dosis suntikan hormon ini
berlebihan, bisa menyebabkan panas tinggi di tubuh kita, perut membesar, bahkan bisa sampai
masuk UGD. Oleh karena itu, dosisnya harus benar-benar pas. Suntikan tersebut
sebenarnya bisa kita lakukan secara mandiri atau dibantu suami, tapi saya
takut, hehe.. Jadilah, setiap pagi sebelum masuk kantor, saya mampir ke rumah
sakit untuk disuntik hormon oleh perawat.
4. Hari
ke-12, saya akan kontrol lagi ke dokter. Jika kondisi sel telur sudah bagus,
yaitu minimal diameter 19-20 mm, saya akan disuntik dengan obat pemecah sel
telur, disuntiknya di perut. Tetapi jika sel telur belum bagus juga, maka saya
akan kontrol kembali di hari ke-14, atau hari ke-17, sampai kondisi sel telur
tersebut bagus. Saat itu, karena ada tambahan suntik hormon, maka di hari ke-14
sel telur yang ideal sudah ada 3 buah dengan ukuran variatif antara 19-22 mm.
5. Setelah
suntik obat pemecah telur, dalam waktu 36 jam kemudian, inseminasi harus
dilakukan. Kalau sedang musim liburan, sebaiknya program inseminasi diundur
karena dokter banyak yang liburan, hehe.. Atau kalau waktu inseminasi jatuh di
hari Sabtu atau Minggu, kita harus melakukan koordinasi lebih intensif dengan
dokter androlog supaya pas saatnya datang, pas dokter androlognya sedang
praktek
6. Pagi
hari saat inseminasi harus dilakukan, kami datang ke klinik di Prapanca, untuk
cuci sperma. Proses cuci sperma ini dilakukan di lokasi terpisah dengan RS
karena memang RS tempat dokter saya praktek, belum punya teknologinya. Saya
sempat ragu apakah sperma akan bertahan berada di luar ruangan, tetapi kami
diyakinkan bahwa sperma tersebut akan bertahan sampai 4 jam di luar ruangan.
7. Mas
suami masuk ke dalam ruangan dengan dibekali tabung kecil. Di dalam ruangan
sudah disediakan “materi” untuk memancing ejakulasi. Dengan “swalayan”, suami
berhasil mengeluarkan sperma. Secara volume tampaknya tidak banyak, jangan
bayangkan seperti tes urine yaaa, hehe.. Kemudian sperma ini kami berikan
kepada dokter androlog. Sperma akan dibersihkan dari semen, bakteri dan cairan
lain yang tidak diperlukan sehingga hanya murni sperma yang akan masuk ke dalam
Rahim. Kami tidak request untuk memisahkan sperma jenis kelamin tertentu,
karena ini anak pertama dan makin banyak sperma yang masuk, akan makin banyak
kesempatan berhasil
8. Dokter
androlog selesai membersihkan sperma dan memanggil kami. Saya diundang untuk
melihat sperma dengan mikroskop. Masyaallah lucunyaaaa.. Para sperma bergerak
dengan cepat kesana kemari, rame banget, seperti di pasar. Alhamdulillah, semua
proses yang kami alami semakin meyakinkan kami atas kebesaran Allah. Sperma
yang sudah siap, kami bawa ke RS.
9. Sampai
di RS, sperma kami serahkan kepada perawat untuk disimpan di inkubator. Kami
antri menunggu panggilan untuk tindakan, sambil cek berat dan tekanan darah
seperti jika akan kontrol kandungan
10. Kami dipanggil, dan proses
inseminasi dimulai. Proses awalnya, saya duduk di kursi yang biasanya digunakan
untuk melahirkan normal (kursi yang ada penyangga betisnya), dan kemudian mulut
vag*na ditahan supaya terus terbuka dengan “cocor bebek”
Kateter dimasukkan. Nah, proses
ini yang agak susah karena ternyata saluran saya sempit dan ada belokan tajam.
Sehingga supaya kateter bisa masuk, maka saluran saya harus ditarik. Proses ini
agak lama dan terasa sakit, sampai sedikit berdarah. Ketika kateter berhasil
masuk, maka sperma disemprotkan ke dalam kateter dengan suntikan. Setelah itu
dokter akan membersihkan daerah vag*na saya.
11. Setelah
kateter dan cocor bebek dilepas, rasanya legaaaa sekali. Hanya memang sakit
masih terasa. Saya istirahat di ruang tindakan selama kurang lebih 30 menit
sampai akhirnya diperbolehkan untuk pulang.
12. Sebenarnya
dokter menyarankan supaya keesokan harinya dilakukan inseminasi ulang untuk
memperbesar kesempatan. Tetapi saya menolak karena proses yang baru saya
lakukan rasanya cukup sakit dan traumatik. Untuk itu dokter menyarankan kami ML
sampai H+4 setelah inseminasi dan setelah itu istirahat ML sampai dengan H+14
13. Selama 10 hari, saya menggunakan
obat penguat yang dimasukkan melalui anus
Setelah
inseminasi pertama ini, saya tidak mempunyai waktu istirahat karena sedang ada
project di kantor. Di beberapa jenis pekerjaan yang mengharuskan saya
memberikan training dengan berdiri, perut bagian bawah saya terasa sakiiitt
sekali, seolah mau jatuh, mungkin karena sakit saat proses inseminasi yang saya
rasakan sebelumnya masih ada.
Kami
juga tidak ML seperti saran dokter, karena saluran rahim masih trauma dan saya
khawatir proses inseminasi yang sebelumnya dilakukan malah terganggu. Akhirnya
kami hanya menunggu sampai hari ke-14 setelah inseminasi.
Hari
itu datang, dan saya cek hasilnya dengan test pack.
1
garis, dan sayapun menangis..
(bersambung..)
Mbak sisil, saluran aq juga yang kiri buntu yang kanan sempit. Dokter nyaranin aku untuk bayi tabung karena kemungkinan untuk normal kecil. Tapi aku masih takut buat bayi tabung, gak sabar pengen liat ending cerita mbak sisil. Biar q juga bisa sekuat mbak sisil buat jalanin semua ini...
BalasHapusMbak Putri, udah cari 2nd oponion kah? Kalau hasilnya sama, jalanin mbak.. Cuman perlu diingat juga, bayi tabung juga tidak menjamin 100% keberhasilan. Tapi yg namanya usaha, ga ada salahnya. Yg penting suami istri saling mendukung dan menguatkan mbak, jd semua krasa lebih enteng.. Gutlak ikhtiar nya ya mbaakk..
HapusBaca cerita perjuangan mba Sisil dan Mas Indra mendapatkan keturunan jadi inget perjuangan kakak Ipar saya yg udah menikah 10 tahun, sampai coba bayi tabung, gagal juga. Saat sang suami sekolah ke Ausse dan istri diajak serta, alhamdulillah berhasil hamil secara biasa. Mungkin suasana yg releks di negeri orang dan jalan-jalan terus membawa berkah. Semangat buat semua yang sedang berjuang mendapatkan buah hati.
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak, memang rejeki kadang datang di saat yg tidak kita sangka2.. Mungkin benar, suasana rileks memang berpengaruh. Terutama kalau di sana kan udaranya masih bersih, bikin makin happy dan mungkin sel2 tubuh jadi memperbaiki diri.. Tapi intinya, memang kita harus pasrah dan berprasangka baik sama rencana Allah mbak..
HapusBtw, kakak mbak Rani namanya Guna bukan mbak? Kalo iya, kayaknya temen sd suami saya, hehe..
Iya, nama kakak saya Guna, tinggal di Malang sekarang, dapet jodoh orang Malang. Suami mba Sisil,kakak kelas saya di SMA 1 Banjarbaru hehe...Bapak mertua mba Sisil, guru Matematika saya di SMP hehe...liat mba Sisil pertama kali wkt ngetag foto ngebandnya dulu bareng mba Riris, teman saya kuliah S2 hehe...dunia memang sempit.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusHaha, iyaaa, betul sekali mbaakk..
HapusMemang dunia sempit yaaa.. ;-)
Waahh... semoga meinspirasi banyak orang ya pengalaman mbak Sisil & mas Indra, selalu berjuang, berusaha & berdoa kepada Allah SWT, ga sabar nunggu lahiran si baby yang udah di tunggu,,
BalasHapusAamiin mbak..
HapusMemang itu tujuan saya share mbak, karena saya ingin teman-teman yang mengalami hal yang sama, tidak merasa sendiri. Dan saya ingin juga supaya mereka jangan menyerah, karena kita tidak pernah tahu kapan Allah akan meng-ijabah doa dan usaha kita..
Hihi, iya mbak, saya juga penasaran..
Saat ini saya sedang proses inseminasi kedua mba..mohon doanya..saat ini bagaimana mba apakah sudah memiliki buah hati? Bila iya dg proses apakah?
BalasHapusMana lanjutannyaaaaa... 😢😢😢😭😭
BalasHapusApalah daya saya yang hanya bisa mrlakukan prngobatan biasa biasa saja mbak karena kurangnya biyaya. Tp biarpun begitu saya gak menyerah, meski kadang saya menangis ingin menyerah namun suami menyemangati, saya ingin berusaha semaksimal mungkin meski saya harus berulang kali kecewa, karena ada harapan yg suami tanamkan dalam diri saya. Makasih ceritanya mbk sisil saya jadi semangat lagi, jadi saya bisa berusaha lebih maksimal lagi meski gk bisa mrlakukan inseminasi atau bayi tabung.
BalasHapusSalam kenal dari saya Gita dari pasuruan jatim. Saya udah 5thn pernikahan.
Sama saya juga orang tak punya cuma berusaha,ikhtiar&doa yg saya bisa usia pernikahahan kami tgl 11.11.2021 tepat 10thn salam kenal dari orang curug.tangerang.banten
BalasHapus