Kapankah suami
istri harus merasa perlu menemui dokter untuk mulai program hamil?
Ketika
sudah 1 tahun hidup bersama, melakukan aktivitas seksual secara teratur, tetapi
belum juga ada tanda-tanda kehamilan.
Dan
kami sudah melewati 1 tahun itu, bahkan sangat lebih.. :-) Terlalu santai sih,
haha..
Sebelum
terapi, tiap pasangan yang akan memulai program hamil pasti akan disarankan
untuk melakukan tes terlebih dahulu. Ada yang disarankan istri saja, ada yg disarankan
suami istri. Ada yang disarankan harus istrinya dulu yang tes, setelah tahu
hasilnya baru tes si suami, ada yang menyarankan sebaliknya, tapi ada juga
dokter yang mewajibkan suami istri harus melakukan tes pada saat yang
bersamaan. Intinya, tes ini tidak bisa dihindari jika ingin tahu apa
permasalahannya..
Tes
apa sajakah yang pernah saya lakukan?
1.
Tes
fisik
Selain cek BMI (Body Mass Index)
apakah masih di skala normal atau tidak, akan dicek juga kondisi sel telur
kita. Cek nya dengan USG (Ultrasonografi). Karena ukuran sel telur kita kecil,
maka USG yang digunakan adalah USG Transvaginal. USG dilakukan dengan cara
memasukkan alat USG sampai pintu rahim melalui vag*na.
Sakit nggak?
Hhhhmmmm, tiap orang punya
ketahanan masing-masing terhadap rasa sakit sih ya. Ada teman yang bilang USG
Transvaginal ini sakit, tapi saya tidak merasakan sakit, cuman aneh aja
rasanya. Apalagi kalau dokter meriksa nya teliti banget. Belok kanan, kiri,
atas, bawah, hhhhmmmm, makin lama rasanya makin aneh, haha..
Apalagi kalau diperiksanya saat
hari mens ke-2, kebayang kan, darah mens keluar tapi vag*na kita dimasuki
dengan barang asing, rasanya linuu..
Tapi sekali lagi, bagi saya,
rasanya tidak sakit, cuman aneh aja..
Proses USG Transvaginal
Alat USG Transvaginal
2.
Tes
darah
Pemeriksaan yang dilakukan
adalan tes darah rutin. Beberapa hal yang dicek adalah kadar glukosa dan insulin.
3.
Tes
hormon
Tes hormon dilakukan untuk
melihat kadar hormon testosterone, progesteron, prolactin, dan estrogen dalam
darah. Caranya adalah dengan mengambil darah kita. Pengambilannya unik, karena
darah diambil sebanyak 3 kali dengan jarak waktu masing-masing pengambilan
adalah selama 15 menit. Saya yang selalu mengalami kesulitan kalau harus
diambil darahnya, agak tidak nyaman dengan prosesnya. Karena saat itu darah
sulit sekali diambil dari lipatan lengan, akhirnya darah diambil dari punggung
tangan.
Bekas ambil sample darah di tangan
4.
Tes
TORCH
Tes TORCH ini adalah tes untuk
cek beberapa jenis virus, yaitu Toxoplasma Gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV). Cara tes nya adalah juga dengan mengambil
sample darah kita, seingat saya 1 tabung saja. Kadang kepanikan melanda kalau
kita baca sendiri hasil tes nya. Di masing-masing jenis virus akan keluar 2
kriteria, IgG dan IgM. Saat saya tes dan membaca hasil terlebih dahulu (karena
belum sempat datang ke dokter), saya panik karena karena IgG Positif/Reaktif
dan IgM Negatif. Tetapi ternyata setelah konsultasi dengan dokter, ternyata IgG
Positif itu artinya adalah mungkin di masa lalu badan saya pernah terpapar
virus tersebut, dan sekarang malah sudah ada antibody untuk virus tersebut di
badan saya
5.
HSG
Tes HSG ini dilakukan untuk
mengetahui posisi rahim dan apakah ada penyumbatan di saluran rahim. Caranya
adalah dengan memasukkan kateter melalui vag*na, dan kemudian dimasukkan cairan
kontras melalui kateter tersebut dan kemudian rontgen dengan X-Ray. Rasanya
aneh, ketika vag*na ditahan supaya terbuka dengan alat cocor bebek (seperti
saat tes papsmear) dan juga saat kateter dimasukkan. Ketika giliran cairan
kontrasnya dimasukkan, rasanya berubah menjadi linu. Setelah tes HSG selesai
dilakukan, badan saya agak lemas. Saya yakin bukan karena capek mengikuti
proses, karena prosesnya sederhana saja, tetapi karena tegang dan kepikiran
tentang hasilnya, hehe..
Proses HSG
6.
Tes
SIS
Tes SIS (Saline Infusion Sonohysterography)
adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan pada rongga rahim dan
saluran telur. Saat itu diputuskan untuk melakukan tes ini, karena saat
inseminasi pertama, baru ketahuan kalau saluran telur saya super sempit dan ada
belokan tajam. Cara melakukan tes ini, mirip HSG tapi tanpa rontgen, hanya
menggunakan USG. Rasanya, sakiiiiitttt banget menurut saya. Sepanjang tes, kaki
saya dingin, saya remas tangan suami, sampai air mata menetes dari sudut mata.
Setelah selesai, badan agak lemas, kali ini karena memang rasa sakitnya
menguras energi saya.
Sebelum melakukan tes, saya
sempat browsing, bahwa ada yg melakukan tes ini dengan dibius dan ada pula yang
sampai rawat inap, mungkin menyesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
Tetapi yang saya alami, saya tidak dibius dan tidak rawat inap. Saya hanya
istirahat 30 menitan di ruang tindakan sampai akhirnya dipersilahkan pulang ke
rumah.
7.
Tes
ACA
Tes ACA (Anticardiolipin
Antibody) adalah tes untuk mengetahui tingkat kekentalan darah. Di awal program,
saya tidak pernah mengikuti tes ini karena memang biayanya cukup mahal. Tapi
saya sempat curiga bahwa saya punya problem kekentalan darah, karena beberapa
kali saat darah saya diambil, kok cepat sekali membeku di dalam tabung.
Akhirnya proses pengambilan darah yang memang sudah sulit dan penuh perjuangan,
harus diulang lagi, hiks..
Saat itu akhirnya saya
melakukan tes, setelah keguguran kehamilan pertama saya, untuk mencari penyebab
keguguran. Hasil tes, darah saya normal, tidak ada indikasi kekentalan darah.
Cerita mengenai kehamilan pertama dan keguguran tersebut, akan saya ceritakan
secara detail di kisah terpisah.
Pengambilan sample darah melalui punggung tangan
Dari
semua tes, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. BMI
saya 24 koma sekian, sudah mulai mendekati overweight, hehe.. Saya sadar akan
hal itu, kenaikan berat badan adalah akibat pengobatan TBC Kelenjar, yang salah
satu indikator kesembuhannya adalah kenaikan berat badan. Dokter menyarankan
untuk pola hidup sehat, baik dengan makanan yang sehat dan juga olahraga
teratur seperti misalnya jogging dan aerobic
Tabel BMI
2. Saat
USG Transvaginal di H+2 menstruasi, sel telur saya kecil-kecil dan berbentuk
seperti anggur, hal tersebut adalah indikasi PCOS (Polycystic Ovary Syndrome).
Ooo, saya baru mengerti, mungkin karena PCOS inilah siklus menstruasi saya
tidak normal. Saya mendata siklus saya sejak 2007, dan dari data tersebut
siklus tercepat saya adalah 32 hari dan terlama sampai 120 hari, mungkin karena
memang sel telur yang terlambat matang.
3. Kadar
insulin dan glukosa masih normal, tetapi kurang seimbang. Info dokter, seperti
terjadi diabetes pada rahim. Dan hal inilah yang menyebabkan PCOS terjadi. Oleh
karena itu saya diberi obat diabetes. Awalnya Glucophage, cuman saya terlalu
pusing dan mual. Akhirnya diganti dengan Inlacin, saya lebih nyaman dengan merk
obat tersebut.
4. Semua
hormon saya ada di rentang normal, hanya memang testosteron kok agak tinggi,
haha.. Pantesaaannn, saya kaya cowok ya. Bulu lumayan banyak, ga kemayu, kurang
sensitif perasaannya, terlalu pakai logika, haha..
Dokter saya bilang, ada obat
untuk terapi testosteron, tapi obatnya bisa didapat di Singapura. Kontan saya
menjawab,
“Lha, kalau saya minum obat
itu, ntar saya jadi cewek banget dong dok”
Dan dokter saya menjawab,
“ya gapapa buk, kan ibu memang
cewek”
Hahaha..
Tes
apa sajakah yang suami lakukan?
1.
Tes
darah
Normal
2.
Tes
hormon
Normal, tapi progesteron agak
tinggi. Pantesan hati suami saya lembut banget, lebih lembut daripada saya,
haha.. Kami memang saling menyeimbangkan satu sama lain.
3.
Tes
sperma
Suami saya tes sperma sampai 3
kali, untuk memastikan baik-baik saja. Semua tes hasilnya normal. Hanya saat
tes pertama, kecepatannya ada di rentang normal agak bawah, sehingga diberi suplemen
untuk memperbaiki kecepatan gerak sperma. Setelah itu, hasil tes kedua dan
ketiga, semua normal.
Karena
semua normal, suami saya terbebas dari terapi obat-obatan atau tindakan medis
lainnya. Tapiiii, suami saya tidak terbebas dari luapan emosi saya, entah itu
karena pengaruh hormon ataupun luapan emosi yang memang saya lakukan dari lubuk
hati yang paling dalam, haha..
Setelah
semua tes dilakukan, maka dimulailah program hamil, yang cukup menyita emosi,
waktu, energi dan biaya..
Namanya
juga usaha.. ;-)
(bersambung..)
Nice share mba Sisil, mba teman ngebandnya mba Riris ya? Salam kenal mba Sisil. Informasinya bermanfaat sekali bagi saya yang awam masalah reproduksi (padahal ngajar di prodi biologi ;-)). Sehat terus ya sampai lahiran, udah ikutan senam hamil? (biar kekinian hahahaha...kidding). Enak lho, bisa rilex krn ada campuran yoganya gitu. Ditunggu sambungan ceritanya ya...
BalasHapusIya, bener mbak, saya temen ngeband Riris, sejak smp, hehe..
HapusSalam kenal juga ya mbak.
Aamin ya robbal alamin. Sudah ikut senam hamil juga mbak, kebetulan besok kelas saya yang kedua kalinya. Emang enak, badan jadi ga terlalu pegel2 yaa..
Ceritanya sudah ada sambungannya mbak, hehe..
Makasih udah baca dan juga makasih buat doanya ya mbak..
Nice share mba Sisil, mba teman ngebandnya mba Riris ya? Salam kenal mba Sisil. Informasinya bermanfaat sekali bagi saya yang awam masalah reproduksi (padahal ngajar di prodi biologi ;-)). Sehat terus ya sampai lahiran, udah ikutan senam hamil? (biar kekinian hahahaha...kidding). Enak lho, bisa rilex krn ada campuran yoganya gitu. Ditunggu sambungan ceritanya ya...
BalasHapusPromil di RS mana ka?
BalasHapusSaat itu saya dengan dr. Prima Progestian (http://drprima.com) .
HapusBeliau praktek di rs Brawijaya, Muhammadiyah Taman Puring dan Permata Bintaro.
Di atas, saya kasih link web dr Prima ya, mungkin bisa dicek update info terbaru di sana.
Gutlak.. ;-)