Meskipun
sudah berniat untuk istirahat sejenak dari program hamil, dasar saya suka
inisiatif sendiri, saat menstruasi datang, saya tetap minum obat penyubur tanpa konsultasi
ke dokter. Karena ya sebenarnya saya sudah mengalami program induksi
berkali-kali, sehingga saya hapal betul apa obatnya dan kapan jadwal
mengkonsumsinya. Setelah itu kami ML seperti biasanya tanpa berpikir akan jadi
anak atau tidak.
5
minggu berlalu sejak hari pertama menstruasi. Saya yang terbiasa jadwal
menstruasi mundur, tidak berpikir apapun tentang mundurnya jadwal menstruasi kali
ini. Sampai dengan hari itu, di hari Sabtu setelah selesai pekerjaan di kantor,
kami mencoba makan seafood yang cara makannya dituang di atas meja, dan kemudian
keracunan. Perut saya dan mas suami muleeess, dan kami mondar-mandir toilet
semalaman. Mas suami lebih parah sampai kami terpikir untuk pergi ke UGD, tapi
tidak jadi. Keesokan harinya kami minum obat untuk menghentikan diare tersebut.
Senin
pagi, kondisi saya sudah membaik sedangkan mas suami masih belum, tetapi kami
memutuskan untuk tetap masuk kerja, jadi mas suami bisa berobat di klinik kantornya.
Karena belum menstruasi juga, dan kebetulan ada stok test pack di rumah, saya
iseng tes urine. Yang terpikir dalam benak saya hanyalah “ah paling negatif
lagi”
Ternyata
di luar dugaan..
DUA
GARIIISSS..
Saya
kaget, dan ge-er. Tapi saya tidak mau di PHP-in oleh test pack. Saya ambil test
pack satu lagi, yang lebih mahal, hehe.. Saya coba tes urine lagi, dan
hasilnya..
DUA
GARIIISSS..
Saya
tak kuasa menahan haru dan bahagia. Ini adalah pertama kali dalam hidup saya,
melihat 2 garis di test pack. Segera saya dekati suami saya yang masih
terlelap, saya bangunkan dia..
“mas,
bangun mas.. ini tadi aku test pack mas, positiiiff”
Mas suami
masih agak tidak sadar dengan perkataan saya, maklum lah orang bangun tidur,
masih mengumpulkan nyawa, kata orang. Kemudian saya ulangi lagi perkataan saya. Mas suami mendengar dan merespon,
“Alhamdulillah,
akhirnya Allah mengabulkan doa dan usaha kita”
Kamipun
berpelukan dan menangis bahagia berdua.
Akhirnya
hari itu saya ijin untuk tidak masuk kantor, karena akan cek ke dokter, untuk
memastikan apakah saya benar-benar hamil. Mas suami sejenak lupa dari diarenya
dan mengantarkan saya ke dokter. Setelah diperiksa, kantung hamil sudah
terlihat. Tetapi seperti kondisi kehamilan 5 minggu yang lumrah, tanda-tanda
kehidupan memang belum ada. Masih menunggu lagi janin berkembang dengan baik.
Dokter mulai memberi saya vitamin ibu hamil dan juga obat penguat.
Foto USG Transvaginal kantung rahim, 5 minggu
Saya
dan mas suami sepakat untuk menjaga kehamilan ini sebaik-baiknya, termasuk mengatur
rute perjalanan pulang dan pergi kerja. Begini perubahannya:
Sebelum hamil
Pergi
Rumah
– Stasiun Rawabuntu : naik motor dengan mas suami atau naik motor dengan ART
Stasiun
Rawabuntu – Stasiun Palmerah : berdiri di kereta kurang lebih 25 menit, tidak
terlalu empet-empetan
Stasiun
Palmerah – Tendean : jalan kaki ke kantor mas suami dan lanjut diantar mas suami dengan
motor atau naik ojek langsung dari depan stasiun
Pulang
Tendean
– Stasiun Palmerah : ojek atau taksi kalau hujan
Stasiun
Palmerah - Stasiun Rawabuntu : berdiri di kereta kurang lebih 25 menit, super
empet-empetan
Stasiun
Rawabuntu – Rumah : Naik motor dengan mas suami atau dijemput ART dengan motor atau
ojek
Suasana di kereta, sok romantis, hehe..
Setelah hamil
Pergi
Rumah
– Tendean : diantar mas suami dengan mobil
Pulang
Tendean
– Rumah : dijemput mas suami dengan mobil
Praktis
kan? Hehe..
Tapi
memang biaya transportasi membengkak. Ya bensin, ya uang tol.. Tapi demi si buah hati,
apa sih yang nggak.. Dan kalau ternyata mas suami sedang tugas luar kota,
terpaksa saya kembali ke moda transportasi sebelum hamil.
Hari-hari
kami penuh dengan rasa bahagia dan syukur. Kebetulan momen saya ketauan hamil
dekat dengan hari ulang tahun saya, sehinggal kehamilan saya menjadi kado
istimewa di ulang tahun yang ke-31. Mas suami yang biasanya lempeng, kali ini
berubah menjadi romantis. Tiba-tiba dia muncul di kantor saya membawa kue ulang
tahun. Ucapan selamat ulang tahun pun
diucapkan melalui medsos. Yang paling menyenangkan adalah sebutan bumil
itu lho, karena baru pertama ini saya dipanggil dengan sebutan bumil.
Tetapi
hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah lewat minggu ke-6 kehamilan, saya
mulai mengalami flek. Sesuai saran dokter, saya bedrest di rumah selama
2 minggu. Obat penguatpun ditambahkan, yang sebelumnya dipakai melalui anus
maka pemakaiannya mulai dirubah yaitu melalui vag*na. Hari-hari selanjutnya
saya hanya terbaring di tempat tidur. Saat akan ke toilet pun, harus berjalan
dengan pelan-pelan. Saya merasa tidak menjadi diri sendiri. Setiap kali buang
air kecil dan lap dengan tisu, saya selalu deg-deg an, jangan-jangan ada flek
darah di tisu, dan seringnya memang ada. Saya juga menahan diri untuk bercanda
dan bernyanyi, karena setelah kontraksi di perut seringkali flek datang
kembali.
Ya,
saya tidak menjadi diri saya sendiri. Tapi demi si buah hati, apa sih yang
nggak..
Flek..
2
minggu waktu bedrest saya telah habis. Di usia kehamilan 8 minggu, saat kontrol
ke dokter, kami melihat dan mendengarkan detak jantung si jabang bayi melalui
USG. Rasanya bahagiaaaa sekali, seolah bedrest saya selama 2 minggu ini
terbayar sudah.
Foto USG Transvaginal janin, 8 minggu
Tetapi
ternyata flek tetap datang dan pergi, sehingga waktu bedrest diperpanjang lagi
selama 2 minggu ke depan. Saya tidak tahu apakah penyebabnya karena tiba-tiba
flek datang dan besoknya pergi, tidak ada alasan dan jadwal yang jelas. Sampai
dengan Selasa pagi itu, saya rasakan flek keluar lebih banyak dari biasanya.
Ada perasaan khawatir yang lebih dari biasanya. Ada perasaan takut kecewa yang
lebih dari biasanya. Malamnya, kami pergi ke dokter.
Dokter
melakukan cek dengan USG, kami ikut mengamati melalui monitor. Saya cukup
terkejut karena kelip bintang di monitor yang adalah detak jantung bayi, sudah
tidak ada. Spontan saya bertanya ke dokter,
“dok,
kok detak jantungnya udah ga ada?”
Dokter
cek secara teliti dan kemudian berkata,
“iya
nih bu, jantung janinnya sudah tidak berdetak lagi. Sepertinya janin tidak bisa
bertahan bu”
Sulit
menggambarkan perasaan saya saat itu. Ada 1 sisi hati yang seakan berkata,
“sudahlah
Sil, terima kenyataan, kamu harus kuat”,
tetapi
ada 1 sisi hati lain yang meronta-ronta, ingin berteriak,
“kenapaaa
akuuu harus mengalami semua iniiii???”.
Sinetron
banget ya, hehe..
Setelah
selesi cek USG, maka kami berdiskusi dengan dokter mengenai tindakan kuret yang
harus dilakukan keesokan harinya dan juga program hamil apa yang akan dilakukan
lagi ke depannya. Sepanjang diskusi, berulang kali air mata berusaha
membebaskan diri dan luruh dari ujung mata saya, tapi saya masih berusaha kuat,
dan saya berhasil menahannya.
Kalau
biasanya, setelah konsultasi dokter, saya sendiri yang mengurus
proses administrasi, kali ini saya tidak tahan. Setelah keluar dari ruang dokter,
saya minta tolong suami untuk mengurus proses administrasinya dan saya ijin
untuk masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, tumpahlah tangisan saya beserta
dengan sejuta kekecewaan. Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke rumah, saya
tak henti-hentinya menangis, kenceng, meraung-raung. Untuk ukuran saya yang sebenarnya jarang
sekali menangis, mungkin itulah tangisan terparah sepanjang kehidupan dewasa
saya.
Sampai
rumah, mama saya yang kebetulan sedang tinggal di rumah saya, sudah menyambut
di depan pintu dengan tatapan khawatir. Saat melihat saya menangis, mama saya
pun ikutan menangis, mungkin beliau tidak kuasa melihat anaknya bersedih. Malam
itu, saya habiskan dengan tangisan, sampai akhirnya saya tertidur, mungkin saya
lelah..
Esok
harinya, kami berangkat ke rumah sakit dengan semangat baru. Karena
bagaimanapun kuret memang harus dilakukan dan bersedih sudah tidak ada gunanya
lagi.
Dan seperti inilah proses kuretnya :
Dan seperti inilah proses kuretnya :
1. Pengambilan
sample darah. Darah diambil karena saya akan dianastesi. Selain itu, sample
darah juga diambil untuk analisa penyebab keguguran, apakah ada virus atau
penyakit kekentalan darah
2. Cek
fisik. Perawat cek rahim saya, cara ceknya seperti kalau cek pembukaan yaitu
dengan memasukkan tangan ke dalam vag*na
3. Saya
rebahan di tempat tidur dimana akan dilakukan tindakan kuret. Saya menunggu, sampai dengan jadwal
dokter available
4. Setelah
dokter kandungan datang, maka saya segera dibius oleh dokter anastesi melalui
infus. Ternyata rasanya dibius itu enak banget ya, seperti tidur yang
pulaaaasss banget. Apalagi kan semalam saya banyak menangis sehingga kurang
tidur, sehingga tidur karena bius makin terasa enaknya
5. Sebelum
saya tertidur karena biusan, dokter kandungan menahan vag*na saya dengan cocor
bebek supaya tetap terbuka. Setelah itu, saya tidak tahu lagi apa yang dokter
saya lakukan, karena saya pulas sepulas-pulasnya
6. Setelah
saya tersadar, saya diberi waktu 30-60 menit untuk recovery. Setelah itu
diskusi lagi dengan dokter dan diarahkan untuk kontrol kondisi pasca kuret
seminggu kemudian
7. Seminggu
kemudian kami kontrol dan dokter menginfokan bahwa kondisi rahim saya sudah
bagus dan bersih. Sebaiknya tidak hamil dulu sampai dengan 3 bulan ke depan
supaya rahim kuat dulu. Kata dokter, “bu, tenang aja, kalau sudah berhasil
hamil seperti ibu gini, nanti pasti gampang untuk hamil lagi bu. Ibu sabar aja”.
Cukup menghibur dok, terima kasih, haha..
Hari
itu, saya sudah merasa tidak sedih. Tidak ada air mata sedikitpun menetes. Dan sayapun
beberapa kali bercanda dengan mas suami, mama, dokter dan suster. Bahkan saat
sedang rebahan di tempat tidur RS, sambil menunggu dokter datang, saya sempat
menghubungi travel agent by phone dan merencanakan traveling ke Korea Selatan yang akan
kami lakukan 2 minggu kemudian.
Tuh, masih ceria kan.. ;-)
Kalau
biasanya kami pergi sendiri tanpa travel agent, karena ini waktunya mepet dan
saya baru saja keguguran, maka kali ini kami menggunakan jasa travel agent
supaya tidak terlalu capek. Alasan kuat untuk traveling yang saya sampaikan ke
suami adalah, untuk menghibur hati, hehe.. Alhamdulillah suami saya baik hati
dan tidak sombong, jadi dikabulkanlah permintaan saya.
Ketika kami berada di Gyeongbokgung, Korea Selatan
Rasa
sedih akibat keguguran di kehamilan 9 minggu sudah tidak saya rasakan lagi,
bahkan sejak hari dilakukannya kuret. Mungkin karena sejujurnya, saya merasa
kehamilan saya tidak sehat sejak awal. Saya keracunan seafood, kemudian minum
obat diare, saya juga sempat batuk dan minum obat batuk, flek juga saya alami
berkali-kali, sehingga keguguran mungkin adalah hal terbaik yang harus saya
alami.
Secara
tidak langsung, pengalaman hamil dan keguguran yang pertama kali ini memberikan
kesadaran bahwa, kalau bahagia, secukupnya saja, tidak perlu berlebihan. Bahwa
Allah mempunyai kuasa penuh atas hidup kita, Dia bisa tiba-tiba memberi, dan
tiba-tiba Dia ambil kembali. Datang dan pergi, ya semaunya Allah aja, bukan semau kita..
(bersambung..)
Mirip istri pas keguguran dulu Mbak..tulisannya bagus mbak..
BalasHapusMakasih mas..
HapusSemoga bisa saling menguatkan antara mas dan istri yaa..
Jadi sedih mba sisillll.. mengaharukan ya dan bikin deg2an bacanya..
BalasHapusMakasih udah baca ya Pat..
HapusKrn akhirnya cerita ini, happy ending,mba... aku jadi sering baca blog mba, pas lagi sedih... jadi semangatt lagi.
BalasHapuswah, baru baca komen ini lhoo..
Hapusmakasih udah baca ya Rin..
semangat teruuusss!!! *hug*
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMashaAllah pasti suami mba syg bgt sm mba ya.. Mba perempuan kuat bgt. Aku aja nikah baru 13 bulan selalu nangis tiap gagal hamil.
BalasHapusKalo boleh tau, obat penyubur yg mba pake itu apa ya, plus cara konsumsinya
mbak Ichaaa, maaf baru balas..
Hapusmbak, untuk obat penyubur dan cara konsumsinya bisa dibaca di sini:
http://www.duniasisil.com/2015/12/pejuang-keturunan-5-induksi-sel-telur.html
tapi saran saya, lebih baik konsultasikan ke dokter duld ya mbak, karena harus dicek apa problemnya, baru dicari solusi. dan obat penyubur tidak selalu jadi solusi.
kalau katanya nih mbak, kita tidak akan diberikan cobaan di luar kemampuan kita. nah itu yang membuat saya dan suami terus berjuang dan positif thinking sama ketentuan Allah.
Semangat terus ya mbaakkk.. dan jangan lupa untuk tetap saling mencintai antara suami istri.. *kiss*
Apa kabat mba? Bulan januari lalu saya komen di blog ini. Saya salut sm mba yg kuat bgt nerima keguguran di usia 9w setelah penantian panjang.
HapusSeolah ngikutin jejak mba, baru aja saya jg ngalamin hal yg sama setelah perjuangan panjang hamil, tp ternyta cuma bertahan 8w.
Saya lgsg teringet sm blog mba ini. Tulisan mba ckp menguatkan saya. Doakan saya bisa segera hamil lg ya..
Semoga mba selalu menginspirasi..
Kabar baik mbak Icha, alhamdulillah..
Hapusawalnya sedih berat mbar, namanya juga manusia biasa. tetapi kehamilan pertama, meskipun keguguran, jadi pertanda bahwa sebenarnya saya bisa hamil. sekaligus menampik tuduhan2 di luar sana kalo saya mandul, hihi..
dan dokter saya bilang, insyaallah ga lama lagi saya akan hamil, biasanya begitu, dan benar, setahun kemudian saya hamil.
aamin, semoga doa mbak dikabulkan ya. selalu positive thinking sama rencana Allah ya mbak, keep strong.. *kiss and hug*
Iya mba. Allah sebaik-baik perencana. Apa yg diambilNya pasti akan diganti dg yg lebih baik. Aamiin
HapusSaya cerita ke suami tentang blog mba. Tentang nasib kita yg hampir sama, menanti lama untuk hamil.. Berhadapan dg nyinyiran dan pertanyaan2 mengganggu dari orang2 sekitar.. Sampai sama2 mengalami keguguran di kehamilan pertama.
Suami saya bilang, Allah mengatur hidup mba dg indah bgt ya. Mungkin emang untuk rejeki dapet anaknya butuh kesabaran lama, tapi kelihatannya hidup mba bahagia bgt. Hidup berkecukupan. Punya suami yg baik dan sayang sm mba. Ditambah lg skrg udah lengkap karena kehadiran anak, dan suami dapet beasiswa jadi impian mba untuk hidup di luar negeri terwujud.
Aaaaah thank u for inspiring me! Lama punya anak bukan berarti kita gak lebih beruntung dari orang lain. Allah pasti kasih banyak rejeki2 lain asal kita ikhlas menjalaninya.
Iya kan mba?
*kiss and hug*
Mba.....mau tanya dong pas kehamilan kimia itu kan terjadi pendarahan... itu tespek nya + sampe kapan yah ?? Apa saat perdarahan udab berenti tespeknya masih positif ?? Atau gimana mba ?? Clx aku ngalama kyk mba.. hnya aja ini udah ke 5 hari perdarahan hasil tespek masih + aja
BalasHapushi mbaakk, maaf baru balas..
Hapusjadi saya dulu seperti menstruasi biasa, bukan pendarahan yang gimana gitu. Saya hanya cek sampai H+2 dan itu masih positif. Setelahnya saya ga cek lagi karena saya langsung cek ke dokter dan usg transvaginal, dan memang di rahimnya ga ada apa2 mbak..
semarang, gimana kelanjutannya mbak?
Ceritanya mbak mirip dengan saya. Harus kuret di usia 2 bulan.... Meski anak ke 3 tetap saja sedih.
BalasHapus