Rabu, 16 Desember 2015

Pejuang Keturunan (8) – Datang dan pergi..

Meskipun sudah berniat untuk istirahat sejenak dari program hamil, dasar saya suka inisiatif sendiri, saat menstruasi datang, saya tetap minum obat penyubur tanpa konsultasi ke dokter. Karena ya sebenarnya saya sudah mengalami program induksi berkali-kali, sehingga saya hapal betul apa obatnya dan kapan jadwal mengkonsumsinya. Setelah itu kami ML seperti biasanya tanpa berpikir akan jadi anak atau tidak.

5 minggu berlalu sejak hari pertama menstruasi. Saya yang terbiasa jadwal menstruasi mundur, tidak berpikir apapun tentang mundurnya jadwal menstruasi kali ini. Sampai dengan hari itu, di hari Sabtu setelah selesai pekerjaan di kantor, kami mencoba makan seafood yang cara makannya dituang di atas meja, dan kemudian keracunan. Perut saya dan mas suami muleeess, dan kami mondar-mandir toilet semalaman. Mas suami lebih parah sampai kami terpikir untuk pergi ke UGD, tapi tidak jadi. Keesokan harinya kami minum obat untuk menghentikan diare tersebut.

Senin pagi, kondisi saya sudah membaik sedangkan mas suami masih belum, tetapi kami memutuskan untuk tetap masuk kerja, jadi mas suami bisa berobat di klinik kantornya. Karena belum menstruasi juga, dan kebetulan ada stok test pack di rumah, saya iseng tes urine. Yang terpikir dalam benak saya hanyalah “ah paling negatif lagi”

Ternyata di luar dugaan..
DUA GARIIISSS..
 
Saya kaget, dan ge-er. Tapi saya tidak mau di PHP-in oleh test pack. Saya ambil test pack satu lagi, yang lebih mahal, hehe.. Saya coba tes urine lagi, dan hasilnya..

DUA GARIIISSS..

Saya tak kuasa menahan haru dan bahagia. Ini adalah pertama kali dalam hidup saya, melihat 2 garis di test pack. Segera saya dekati suami saya yang masih terlelap, saya bangunkan dia..

“mas, bangun mas.. ini tadi aku test pack mas, positiiiff”

Mas suami masih agak tidak sadar dengan perkataan saya, maklum lah orang bangun tidur, masih mengumpulkan nyawa, kata orang. Kemudian saya ulangi lagi perkataan saya. Mas suami mendengar dan merespon,

“Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doa dan usaha kita”
Kamipun berpelukan dan menangis bahagia berdua.

Akhirnya hari itu saya ijin untuk tidak masuk kantor, karena akan cek ke dokter, untuk memastikan apakah saya benar-benar hamil. Mas suami sejenak lupa dari diarenya dan mengantarkan saya ke dokter. Setelah diperiksa, kantung hamil sudah terlihat. Tetapi seperti kondisi kehamilan 5 minggu yang lumrah, tanda-tanda kehidupan memang belum ada. Masih menunggu lagi janin berkembang dengan baik. Dokter mulai memberi saya vitamin ibu hamil dan juga obat penguat.
Foto USG Transvaginal kantung rahim, 5 minggu

Saya dan mas suami sepakat untuk menjaga kehamilan ini sebaik-baiknya, termasuk mengatur rute perjalanan pulang dan pergi kerja. Begini perubahannya:

Sebelum hamil
Pergi
Rumah – Stasiun Rawabuntu : naik motor dengan mas suami atau naik motor dengan ART
Stasiun Rawabuntu – Stasiun Palmerah : berdiri di kereta kurang lebih 25 menit, tidak terlalu empet-empetan
Stasiun Palmerah – Tendean : jalan kaki ke kantor mas suami dan lanjut diantar mas suami dengan motor atau naik ojek langsung dari depan stasiun
Pulang
Tendean – Stasiun Palmerah : ojek atau taksi kalau hujan
Stasiun Palmerah - Stasiun Rawabuntu : berdiri di kereta kurang lebih 25 menit, super empet-empetan
Stasiun Rawabuntu – Rumah : Naik motor dengan mas suami atau dijemput ART dengan motor atau ojek
Suasana di kereta, sok romantis, hehe..

Setelah hamil
Pergi
Rumah – Tendean : diantar mas suami dengan mobil
Pulang
Tendean – Rumah : dijemput mas suami dengan mobil

Praktis kan? Hehe..
Tapi memang biaya transportasi membengkak. Ya bensin, ya uang tol.. Tapi demi si buah hati, apa sih yang nggak.. Dan kalau ternyata mas suami sedang tugas luar kota, terpaksa saya kembali ke moda transportasi sebelum hamil.

Hari-hari kami penuh dengan rasa bahagia dan syukur. Kebetulan momen saya ketauan hamil dekat dengan hari ulang tahun saya, sehinggal kehamilan saya menjadi kado istimewa di ulang tahun yang ke-31. Mas suami yang biasanya lempeng, kali ini berubah menjadi romantis. Tiba-tiba dia muncul di kantor saya membawa kue ulang tahun. Ucapan selamat ulang tahun pun  diucapkan melalui medsos. Yang paling menyenangkan adalah sebutan bumil itu lho, karena baru pertama ini saya dipanggil dengan sebutan bumil.

Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah lewat minggu ke-6 kehamilan, saya mulai mengalami flek. Sesuai saran dokter, saya bedrest di rumah selama 2 minggu. Obat penguatpun ditambahkan, yang sebelumnya dipakai melalui anus maka pemakaiannya mulai dirubah yaitu melalui vag*na. Hari-hari selanjutnya saya hanya terbaring di tempat tidur. Saat akan ke toilet pun, harus berjalan dengan pelan-pelan. Saya merasa tidak menjadi diri sendiri. Setiap kali buang air kecil dan lap dengan tisu, saya selalu deg-deg an, jangan-jangan ada flek darah di tisu, dan seringnya memang ada. Saya juga menahan diri untuk bercanda dan bernyanyi, karena setelah kontraksi di perut seringkali flek datang kembali.
Ya, saya tidak menjadi diri saya sendiri. Tapi demi si buah hati, apa sih yang nggak..
Flek..

2 minggu waktu bedrest saya telah habis. Di usia kehamilan 8 minggu, saat kontrol ke dokter, kami melihat dan mendengarkan detak jantung si jabang bayi melalui USG. Rasanya bahagiaaaa sekali, seolah bedrest saya selama 2 minggu ini terbayar sudah.
Foto USG Transvaginal janin, 8 minggu

Tetapi ternyata flek tetap datang dan pergi, sehingga waktu bedrest diperpanjang lagi selama 2 minggu ke depan. Saya tidak tahu apakah penyebabnya karena tiba-tiba flek datang dan besoknya pergi, tidak ada alasan dan jadwal yang jelas. Sampai dengan Selasa pagi itu, saya rasakan flek keluar lebih banyak dari biasanya. Ada perasaan khawatir yang lebih dari biasanya. Ada perasaan takut kecewa yang lebih dari biasanya. Malamnya, kami pergi ke dokter.

Dokter melakukan cek dengan USG, kami ikut mengamati melalui monitor. Saya cukup terkejut karena kelip bintang di monitor yang adalah detak jantung bayi, sudah tidak ada. Spontan saya bertanya ke dokter,
“dok, kok detak jantungnya udah ga ada?”

Dokter cek secara teliti dan kemudian berkata,
“iya nih bu, jantung janinnya sudah tidak berdetak lagi. Sepertinya janin tidak bisa bertahan bu”

Sulit menggambarkan perasaan saya saat itu. Ada 1 sisi hati yang seakan berkata,
“sudahlah Sil, terima kenyataan, kamu harus kuat”,
tetapi ada 1 sisi hati lain yang meronta-ronta, ingin berteriak,
“kenapaaa akuuu harus mengalami semua iniiii???”.
Sinetron banget ya, hehe..

Setelah selesi cek USG, maka kami berdiskusi dengan dokter mengenai tindakan kuret yang harus dilakukan keesokan harinya dan juga program hamil apa yang akan dilakukan lagi ke depannya. Sepanjang diskusi, berulang kali air mata berusaha membebaskan diri dan luruh dari ujung mata saya, tapi saya masih berusaha kuat, dan saya berhasil menahannya.

Kalau biasanya, setelah konsultasi dokter, saya sendiri yang mengurus proses administrasi, kali ini saya tidak tahan. Setelah keluar dari ruang dokter, saya minta tolong suami untuk mengurus proses administrasinya dan saya ijin untuk masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, tumpahlah tangisan saya beserta dengan sejuta kekecewaan. Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke rumah, saya tak henti-hentinya menangis, kenceng, meraung-raung. Untuk ukuran saya yang sebenarnya jarang sekali menangis, mungkin itulah tangisan terparah sepanjang kehidupan dewasa saya.

Sampai rumah, mama saya yang kebetulan sedang tinggal di rumah saya, sudah menyambut di depan pintu dengan tatapan khawatir. Saat melihat saya menangis, mama saya pun ikutan menangis, mungkin beliau tidak kuasa melihat anaknya bersedih. Malam itu, saya habiskan dengan tangisan, sampai akhirnya saya tertidur, mungkin saya lelah..

Esok harinya, kami berangkat ke rumah sakit dengan semangat baru. Karena bagaimanapun kuret memang harus dilakukan dan bersedih sudah tidak ada gunanya lagi.
Dan seperti inilah proses kuretnya :
1. Pengambilan sample darah. Darah diambil karena saya akan dianastesi. Selain itu, sample darah juga diambil untuk analisa penyebab keguguran, apakah ada virus atau penyakit kekentalan darah
2. Cek fisik. Perawat cek rahim saya, cara ceknya seperti kalau cek pembukaan yaitu dengan memasukkan tangan ke dalam vag*na

3. Saya rebahan di tempat tidur dimana akan dilakukan tindakan kuret. Saya menunggu, sampai dengan jadwal dokter available
4. Setelah dokter kandungan datang, maka saya segera dibius oleh dokter anastesi melalui infus. Ternyata rasanya dibius itu enak banget ya, seperti tidur yang pulaaaasss banget. Apalagi kan semalam saya banyak menangis sehingga kurang tidur, sehingga tidur karena bius makin terasa enaknya

5. Sebelum saya tertidur karena biusan, dokter kandungan menahan vag*na saya dengan cocor bebek supaya tetap terbuka. Setelah itu, saya tidak tahu lagi apa yang dokter saya lakukan, karena saya pulas sepulas-pulasnya

6. Setelah saya tersadar, saya diberi waktu 30-60 menit untuk recovery. Setelah itu diskusi lagi dengan dokter dan diarahkan untuk kontrol kondisi pasca kuret seminggu kemudian

7. Seminggu kemudian kami kontrol dan dokter menginfokan bahwa kondisi rahim saya sudah bagus dan bersih. Sebaiknya tidak hamil dulu sampai dengan 3 bulan ke depan supaya rahim kuat dulu. Kata dokter, “bu, tenang aja, kalau sudah berhasil hamil seperti ibu gini, nanti pasti gampang untuk hamil lagi bu. Ibu sabar aja”.
Cukup menghibur dok, terima kasih, haha..

Hari itu, saya sudah merasa tidak sedih. Tidak ada air mata sedikitpun menetes. Dan sayapun beberapa kali bercanda dengan mas suami, mama, dokter dan suster. Bahkan saat sedang rebahan di tempat tidur RS, sambil menunggu dokter datang, saya sempat menghubungi travel agent by phone dan merencanakan traveling ke Korea Selatan yang akan kami lakukan 2 minggu kemudian.
 
Tuh, masih ceria kan.. ;-)

Kalau biasanya kami pergi sendiri tanpa travel agent, karena ini waktunya mepet dan saya baru saja keguguran, maka kali ini kami menggunakan jasa travel agent supaya tidak terlalu capek. Alasan kuat untuk traveling yang saya sampaikan ke suami adalah, untuk menghibur hati, hehe.. Alhamdulillah suami saya baik hati dan tidak sombong, jadi dikabulkanlah permintaan saya.
Ketika kami berada di Gyeongbokgung, Korea Selatan

Rasa sedih akibat keguguran di kehamilan 9 minggu sudah tidak saya rasakan lagi, bahkan sejak hari dilakukannya kuret. Mungkin karena sejujurnya, saya merasa kehamilan saya tidak sehat sejak awal. Saya keracunan seafood, kemudian minum obat diare, saya juga sempat batuk dan minum obat batuk, flek juga saya alami berkali-kali, sehingga keguguran mungkin adalah hal terbaik yang harus saya alami.

Secara tidak langsung, pengalaman hamil dan keguguran yang pertama kali ini memberikan kesadaran bahwa, kalau bahagia, secukupnya saja, tidak perlu berlebihan. Bahwa Allah mempunyai kuasa penuh atas hidup kita, Dia bisa tiba-tiba memberi, dan tiba-tiba Dia ambil kembali. Datang dan pergi, ya semaunya Allah aja, bukan semau kita..

(bersambung..)

15 komentar:

  1. Mirip istri pas keguguran dulu Mbak..tulisannya bagus mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mas..
      Semoga bisa saling menguatkan antara mas dan istri yaa..

      Hapus
  2. Jadi sedih mba sisillll.. mengaharukan ya dan bikin deg2an bacanya..

    BalasHapus
  3. Krn akhirnya cerita ini, happy ending,mba... aku jadi sering baca blog mba, pas lagi sedih... jadi semangatt lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, baru baca komen ini lhoo..
      makasih udah baca ya Rin..

      semangat teruuusss!!! *hug*

      Hapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. MashaAllah pasti suami mba syg bgt sm mba ya.. Mba perempuan kuat bgt. Aku aja nikah baru 13 bulan selalu nangis tiap gagal hamil.
    Kalo boleh tau, obat penyubur yg mba pake itu apa ya, plus cara konsumsinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak Ichaaa, maaf baru balas..
      mbak, untuk obat penyubur dan cara konsumsinya bisa dibaca di sini:
      http://www.duniasisil.com/2015/12/pejuang-keturunan-5-induksi-sel-telur.html

      tapi saran saya, lebih baik konsultasikan ke dokter duld ya mbak, karena harus dicek apa problemnya, baru dicari solusi. dan obat penyubur tidak selalu jadi solusi.

      kalau katanya nih mbak, kita tidak akan diberikan cobaan di luar kemampuan kita. nah itu yang membuat saya dan suami terus berjuang dan positif thinking sama ketentuan Allah.

      Semangat terus ya mbaakkk.. dan jangan lupa untuk tetap saling mencintai antara suami istri.. *kiss*

      Hapus
    2. Apa kabat mba? Bulan januari lalu saya komen di blog ini. Saya salut sm mba yg kuat bgt nerima keguguran di usia 9w setelah penantian panjang.

      Seolah ngikutin jejak mba, baru aja saya jg ngalamin hal yg sama setelah perjuangan panjang hamil, tp ternyta cuma bertahan 8w.
      Saya lgsg teringet sm blog mba ini. Tulisan mba ckp menguatkan saya. Doakan saya bisa segera hamil lg ya..
      Semoga mba selalu menginspirasi..

      Hapus
    3. Kabar baik mbak Icha, alhamdulillah..

      awalnya sedih berat mbar, namanya juga manusia biasa. tetapi kehamilan pertama, meskipun keguguran, jadi pertanda bahwa sebenarnya saya bisa hamil. sekaligus menampik tuduhan2 di luar sana kalo saya mandul, hihi..

      dan dokter saya bilang, insyaallah ga lama lagi saya akan hamil, biasanya begitu, dan benar, setahun kemudian saya hamil.

      aamin, semoga doa mbak dikabulkan ya. selalu positive thinking sama rencana Allah ya mbak, keep strong.. *kiss and hug*

      Hapus
    4. Iya mba. Allah sebaik-baik perencana. Apa yg diambilNya pasti akan diganti dg yg lebih baik. Aamiin

      Saya cerita ke suami tentang blog mba. Tentang nasib kita yg hampir sama, menanti lama untuk hamil.. Berhadapan dg nyinyiran dan pertanyaan2 mengganggu dari orang2 sekitar.. Sampai sama2 mengalami keguguran di kehamilan pertama.

      Suami saya bilang, Allah mengatur hidup mba dg indah bgt ya. Mungkin emang untuk rejeki dapet anaknya butuh kesabaran lama, tapi kelihatannya hidup mba bahagia bgt. Hidup berkecukupan. Punya suami yg baik dan sayang sm mba. Ditambah lg skrg udah lengkap karena kehadiran anak, dan suami dapet beasiswa jadi impian mba untuk hidup di luar negeri terwujud.

      Aaaaah thank u for inspiring me! Lama punya anak bukan berarti kita gak lebih beruntung dari orang lain. Allah pasti kasih banyak rejeki2 lain asal kita ikhlas menjalaninya.

      Iya kan mba?
      *kiss and hug*

      Hapus
  6. Mba.....mau tanya dong pas kehamilan kimia itu kan terjadi pendarahan... itu tespek nya + sampe kapan yah ?? Apa saat perdarahan udab berenti tespeknya masih positif ?? Atau gimana mba ?? Clx aku ngalama kyk mba.. hnya aja ini udah ke 5 hari perdarahan hasil tespek masih + aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. hi mbaakk, maaf baru balas..
      jadi saya dulu seperti menstruasi biasa, bukan pendarahan yang gimana gitu. Saya hanya cek sampai H+2 dan itu masih positif. Setelahnya saya ga cek lagi karena saya langsung cek ke dokter dan usg transvaginal, dan memang di rahimnya ga ada apa2 mbak..

      semarang, gimana kelanjutannya mbak?

      Hapus
  7. Ceritanya mbak mirip dengan saya. Harus kuret di usia 2 bulan.... Meski anak ke 3 tetap saja sedih.

    BalasHapus